Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Kamis, 26 Januari 2017

Dreams.



Dreams are invented. We are not born with them.

Gue pernah punya mimpi untuk jadi seorang dokter, karena  waktu kecil gue sibuk di rumah sakit. Buat gue dokter keren, hebat dan luar biasa wangi. Setelah itu mimpi gue berubah dari dokter menjadi seorang guru TK, lalu pengacara, penyanyi, penulis novel, editor, pebisnis hingga konselor.
Mimpi gue berubah-ubah, dari satu titik ke titik lain. Dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan hal itu sesuai dengan apa yang terkesan luar biasa di mata gue. Setiap orang selalu punya banyak mimpi, dan hanya beberapa yang sanggup untuk menggapainya. Beberapa menganggap bahwa mimpi, cita-cita, harapan dan keinginan adalah sesuatu yang diberi oleh Tuhan untuk kita agar kelak mendapatkannya di kemudian hari.

Mimpi adalah sesuatu yang nyata, nggak kaya film Sailor Moon yang gue tonton di acara TV jadul dulu, dan untuk sebagian orang, hal tersebut begitu mudah untuk di gapai. Gue, tentu bukan menjadi salah satunya.

Gue selalu punya banyak mimpi, dan memiliki puluhan rencana. Kadang gue selalu ingin melakukan banyak hal, sampe akhirnya gue nggak melakukan apapun selain diam di tempat. Ada banyak orang yang mungkin sama seperti gue,  nggak mampu untuk banyak bermimpi semenjak usia semakin dewasa karena sadar akan keterbatasan yang di buat sama semesta.

Beberapa kali gue sering kali mengutuk, bersumpah serapah dan berpikir mengapa hanya gue yang selalu ketiban sial setiap kali ingin mewujudkan sesuatu. Gue nggak sadar bahwa mimpi sama seperti bintang, beberapa orang sanggup untuk menggapainya selebihnya hanya mampu untuk melihat dari kejauhan dan sisanya bahkan nggak mampu barang sekedar untuk menatapnya.
Mba Alanda pernah bilang di bukunya, ketika kita memiliki mimpi yang sangat besar, bersyukurlah. Yang Maha Berkehendak dan Maha Pengasih tidak mungkin mengizinkan kita memiliiki mimpi sedemikian besar tanpa memberikan kesempatan untuk meraihnya. Ada banyak orang di luar sana yang sering kali melewatkan kesempatan-kesempatan yang di datangkan untuknya, berharap bahwa kelak mimpi itu dapat bergerak dan berjalan sendiri menghampirinya.

Gue? Mungkin bisa jadi salah satunya.

Tapi nggak dengan gue yang sekarang. Ada banyak hal di dunia ini yang begitu gue lewati dan biarkan pergi begitu aja tanpa sempat mencoba untuk mengambilnya. Bahkan Tuhan pun nggak akan mengubah suatu kaum bila kaum tersebut nggak berusaha untuk berubah bukan?

Maka, gue akan mencoba. Berapa kali pun harus jatuh nantinya. Lagi pula menyerah itu adalah sesuatu yang wajar bukan?

Dream until the dream comes true, and then, dream some more!!!

Five Things About Me



Lima fakta yang berlawanan dengan yang orang lain tahu tentang lo.
Mari kita menjabarkannya satu per– satu.

POLOS

Selasa, 24 Januari 2017

Label yang Payah.



Hal Dimana Kamu Merasa Bangga, Sementara Orang Lain Meremehkan.

Dulu, zamannya gue suka berebut ayunan dan masih minum susu pake dot. Gue punya cita-cita untuk jadi guru TK. Mereka keliatan baik dan anggun, seenggaknya di mata gue. Menginjak masa pra-remaja, gue masih tetap memimpikan hal tersebut. Waktu itu berat badan gue lebih dari lima puluh kilo dan gue masih tetap memegang prinsip bahwa make rok sekolah di pinggang itu oke, gue ngebatin dalam hati kalo suatu hari nanti gue harus jadi guru TK. Selalu. 

Dan lo tahu? Tuhan meng – ijabahnya dengan begitu baik.

Lulus SMK gue nganggur. Ibu doyan marah, dan kepala gue mendadak terserang penyakit yang mematikan. Pusing karena nggak ngantongin duit. Lupakan soal kata terakhir karena terkesan gue cewek doyan duit. Ah, lupakan. Dan bisa di bilang gue berprofesi saat jerapah bisa tidur sambil berdiri hingga berakhir dimasa zebra nggak bisa tidur kalo nggak di temenin.

Singkat cerita, gue jadi guru TK. Dengan hari pertama yang mencanggungkan. Sama kaya di lagu abang Duta tercinteh ngana.

Pertama kali masuk kelas, gue merasa benar-benar di perhatikan. Entah dari orang tua murid yang sibuk nungguin anaknya, murid di kelas yang bakalan gue ajar serta guru guru disana, bahkan mungkin tukang cilor dan abang-abang laba laba yang suka gue beli pun merhatiin gue.

Orang-orang tentu bakalan mempertimbangkan pekerjaan dengan gaji se upil dan hal remeh semacam nggak ada gelarnya, nggak ada sertifikatnya atau susahnya jadi PNS kelak. Yeelah, adek gue yang SMP juga bisa kali jadi guru TK! Begitulah bahasa lembutnya.

Tapi nggak tau kenapa waktu gue jadi guru TK, kok gue bisa merasa bangga ya? Gue bangga karena di panggil, dipeluk dan di gerecokin makan saat istirahat. Gue bangga ketika anak murid gue mulai bisa mengeja kata-kata yang tadinya sama sekali nggak bisa mereka baca. Gue bangga dengan cerita dan lagu-lagu aneh yang gue buat untuk mereka. Gue bangga karena mereka berpandangan bahwa gue mampu segalanya. Bahkan gue bangga disaat gue harus lari-lari kekamar mandi karena salah satu dari mereka pup di celana.

Bukannya, hanya ada beberapa perempuan yang mau melakukannya?

Maksudnya, gue yakin kenapa orang-orang berpandangan bahwa menjadi guru TK bukan sesuatu yang harus diberi decak kagum atau teprokan tangan. Nggak. Gue nggak pernah berharap demikian.
Gue bahkan berpikiran betapa sengsara dan menderitanya mereka. Tentu aja gaji mereka nggak akan cukup untuk mengimbangi hobi belanja. Barangkali guru TK yang diberi label semua bisa hanya manusia yang menderita karena nggak bisa ngeredit rumah dengan penghasilannya.

Gue tentu tau bahwa menjadi guru TK harus membuat gue mengambil beberapa waktu untuk membuat beberapa pekerjaan rumah. Menggunting banyak origami, memberi bintang dengan tinta merah, berlenggak-lenggok dengan ceria, mencari baju untuk pentas, menuntun tangan-tangan kecil yang nggak bisa memegang pensil dengan benar, meneriakan huruf alphabet beratus kali, menyeleksi siapa saja yang patut untuk ikut lomba terlebih dahulu dan memutuskan hal paling terburuk – juara dikelasnya. Gue pasti bakalan bergadang untuk memberi kata-kata manis di rapot milik mereka, memberi dukungan dan mendengarkan wali murid yang menghadapi banyak konflik sesekali dengan tenang.

Nggak perduli apa gambar macan gue lebih mirip kuda lumping atau suara gue nggak lebih baik dari onta kejepit. Gue tetap harus melakukannya. Dan mirisnya, beberapa dari mereka menganggap semuanya terkesan mudah. 

Mereka diluar sana selalu bilang.

“Apa lo bakalan terus jadi guru TK?”

“Lo yakin bakalan sanggup dengan gaji segitu?”

“Lo nggak mau naik jadi guru SD, SMP atau SMA?”

Dan gue sepakat dengan ‘mari kita cari duit yang banyak’

Tapi terlepas dari hal itu. Gue selalu merasa harus membungkukan badan untuk mereka yang masih mampu mendedikasikan dirinya mengajar bocah-bocah yang mungkin aja nggak akan mengingat nama ataupun wajah mereka. Nggak perduli seberapa kerasnya suara mereka, seberapa banyaknya mereka bernyanyi atau betapa bosannya mereka mengulang-ulang huruf yang sama. Menjadi guru TK adalah suatu kebanggan untuk gue.

Pekerjaan seperti itu terlihat istimewa karena ada rasa kasih, cinta dan keikhlasan didalamnya bukan? Guru TK mungkin barangkali mengajari lo bahwa duduk nggak boleh seperti ini dan itu, berbicara sopan, membaca dengan benar serta membedakan banyak warna. Tapi lo pasti tau bahwa mereka hanya akan menetap didalam memori lo dalam waktu yang nggak berapa lama dan hanya memiliki secuil dari pengalaman yang hidup lo punya.

Pernah terlintas didalam otak bodoh gue.

Mengapa hal kecil selalu diremehkan? Sementara sesuatu yang besar justru selalu berasal dan bermuara dari hal-hal terkecil.

Senin, 23 Januari 2017

Tiga Film Berkesan Versi Gue.



DAY 5
3 FILM YANG PALING BERKESAN

Gue nggak tau apa kira-kira film yang paling berkesan bisa di sebut sebagai film karena memiliki banyak versi serta serial yang berbeda. Tapi tetap aja, gue bakal milih ketiga film ini sebagai film yang paling berkesan yang gue tonton.

 Harry Potter And Sorcerer's Ston


Jujur, gue suka sama semua serial Harpot. Entah kenapa gue memang selalu tertarik dengan film-film fantasi seperti Narnia, Sherlock Holmes, ataupun Peterpan. Gue mencintai banyak hal dengan film-film keluaran Walt Disney, dan mengagumi film Barbie seperti perempuan yang baru aja masuk ke Taman Kanak-kanak. Tapi karena hanya boleh memilih tiga, maka gue harus mencari film yang paling berkesan – yang bisa membuat mata gue nggak berhenti-hentinya melek dan menggumamkan kata WOW.

Alasan gue jatuh cinta sama Harpot karya mba JK ini mungkin sama seperti para penggemarnya kebanyakan. Gue jatuh cinta pada megahnya desain Hogwarts, cantiknya seragam Azkaban dan uniknya tongkat sihir. BTW gue jatuh cinta sama tongkat sihirnya Ron, terkesan simple tapi manis.
Dari banyak serial yang keluar gue rasa gue harus jatuh cinta pada serial pertama. Perkenalan memang selalu lebih terkesan manis bukan? Apalagi dimasa itu Daniel bener-bener keliatan imut. Nggak nyangka juga kalo Neville bertransformasi menjadi lebih hot di banding tokoh utamanya, dan si kembar Weasley lebih terlihat ganteng dari seharusnya.

Serial pertama juga benar-benar memperlihatkan betapa istimewanya sekolah sihir tersebut, tentu aja sekolah seperti itu benar-benar terlihat menakjubkan dan nggak ada duanya meskipun di bandingkan dengan sekolah termahal dan ter elit apapun.
  
Cinderella



Sampe sekarang, di usia gue yang mau dua puluh dan banyak temen yang nikah nyokap a.k.a mamake masih aja neriakin gue kalau ada film Barbie atau film kartun keluaran Walt Disney yang tayang. Bisa dibilang gue jatuh cinta sama semua princess yang di buat oleh WD. Putri Aurora, Belle, Mulan, Ariel, Jasmine, Pocahontas, Rapunzel, Tiana dan sebagainya menjadi favorite gue sepanjang masa. Tapi gue harus menetapkan satu putri yang paling gue sukai.

Dulu waktu kecil, jaman gue masih ngedot pake botol. Bapak atau kakak perempuan gue selalu ngebeliin gue kaset Cinderella, gue punya banyak versi kartun kalo lo mau tahu dan yang paling gue suka adalah versi yang dibuat dari kartun zaman Inggris dulu. Kelihatan dari rambut yang dibuat keriting bergulung-gulung dan pakaian yang dikenakan. Gue memang nggak begitu suka sama rambut si Cinderella versi ini, tapi gue jatuh cinta pada versi kartun ini karena semua kelihatan terasa pas. Entah karena kartun ini adalah kartun pertama yang gue tonton atau hal-hal lain diluarnya.
Gue jatuh cinta sama film ini karena nyaris sama seperti pesan yang sering kakak gue bilang.
“Kalau Tuhan mau baik sama kamu, lakukanlah hal yang baik.” Begitulah intinya.

 The Dark Knight 



Gue selalu suka sama versi batman apapun, bahkan Batman and Robin yang katanya super ngalay itu. Dari sekian superhero yang bikin gue jatuh cinta macam Superman, Fantastic Four, Spiderman, Ant Man, Thor, Hulk, Aquaman, dan serentet superhero keluaran Marvels or DC, batman lah yang paling membuat gue histeris berat.

Apasih kelebihannya?

Ya jelas karena batman menurut versi gue, adalah superhero yang lebih keliatan hidup. Yang bisa terealisasikan didunia modern kita dan terdengar masuk akal.
Gue selalu jatuh cinta pada tokoh superhero yang ganteng, gagah, kaya dan terkesan dingin. Maksudnya, di banding dengan superhero yang memiliki karakter kaum innocent, terbully dan baik hati, gue lebih jatuh hati pada superhero yang memiliki dunia yang nyaris sama.
Batman di kehidupan aslinya terkenal wah dan di segani karena dia adalah pengusaha dan pewaris besar, batman di dunia heronya pun sama. Nggak berbeda jauh seperti macam superman atau spiderman.
Jangan lupakan juga dengan mobil kerennya serta alat-alat canggihnya.
Lalu kenapa gue memilih The Dark Knight?
Gue rasa fans batman pun pasti sudah mengerti tanpa gue jabarkan. Joker disini terkesan lebih hidup, dan batman yang cool macam frezer di kulkas punya gue pun kembali muncul.

Jadi itulah versi film kesukaan gue, bagaimana dengan versi film kesukaan lo?