Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Senin, 12 September 2022

PENGALAMAN MELAHIRKAN ANAK PERTAMA PERVAGINAM

     Huaaaa I'm comingggg, akhirnya comeback juga setelah udah jadi emak anak satu. Muahahaha...

    Jadi, setelah menikah tanggal 6 Maret (kalo gak salah ya). Akhirnya aku hamil dan hal itu di ketahui tepat di ulang tahun ku tanggal 8 Mei. Kaget nggak? Nggak sih. Hahaha.

    Sebenarnya haid atau menstruasi ku gak pernah teratur. Jadi ketika telat, ya aku enjoy aja. Setelah mengalami fase mual dan pusing berkepanjangan, sudah minum panadol ber kaplet-kaplet, tolak angin, bahkan obat magh dan flu kok gak hilang-hilang. Alhasil tanggal 7 Mei minta suami beli test pack, dan malam harinya setelah di cek, bener dong garis dua. Reaksi suami? Happy, Masya Allah. Sementara aku....


(Hasil test pack yang mentereng banget itu garis dua. hahaha)


    Entah ya, mungkin karena aku baru saja jadi istri dan di beri tanggung jawab besar kemudian tiba-tiba jebrettt! Allah beri lagi aku tanggung jawab yang lebih besar, membuat aku jadi takut, gelisah, resah, khawatir, dan berbagai hal yang terkesan aku nggak bahagia. Padahal kalau sekarang sih jujur happy banget, kalau gak ada anak ku mungkin aku nggak bisa ngelawan beratnya dunia. Hiks! jadi pengen curcol.

                       (Hasil USG baby uwiiii)

Nah alhasil untuk membuktikan keabsahan test pack tersebut, meluncur lah kita ke rumah sakit terdekat. Kebetulan dari rumah ada RSIA yang jaraknya kalau naik motor gak sampai 5 menit, dan ternyata setelah di cek, bener dong hamil. Muehehe. Usia baby kalau gak salah udah apa 6 Minggu atau 4 minggu gitu, aku lupa. Ya pokoknya segitu, kebetulan pas itu di pegang sama Dr. Desmon, orangnya lembut banget kalau ngomong, dan lebih banyak diam kalau ga di tanya. Untung suami excited jadi nanya apa aja. Kalo aku mah ya diem aja sih, bingung juga mau nanya apa. Kebetulan biaya sekali berobat di RSIA murah kisaran 250-500 dan itu udah dapat foto rontgen yang dikirim juga via SMS atau e-mail.


(Hasil USG detak jantung Baby Uwii)

    Kehamilan ku di awali dengan hal paling nggak enak. Muntah kalau makan apapun. Nggak bisa cium bau sedikitpun. Nasi? jangan di tanya, sampai harus masak buru-buru terus akunya kabur keluar rumah saking nggak kuatnya. Karena kebetulan aku juga punya anemia alhasil sampai kandungan 5 bulan aku masih di kasih penambah darah, vitamin double, nggak lupa juga penguat kandungan. Di pertemuan selanjutnya aku ketemu sama Dr. Iswan, ramah banget, baik dan enak. Kebetulan Dr. Iswan cuman praktek di RS. Ananda dan RSIA jadi aku memutuskan untuk cari opsi lain karena suami memutuskan untuk melahirkan pakai asuransi perusahaan. Sayang bebs, kalau nggak di pakai.

    Allhamdulillah selama kehamilan, Okky sebagai suami selalu sabar, welas asih dan siaga. Sayang banget sama aku, jadi meski aku melewati kehamilan yang nggak menyenangkan, membuat aku terbantu begitu juga dengan kesehatan janin ku. Di usia 4 bulan aku dan suami memutuskan untuk melakukan tasyakuran, karena waktu itu covid, alhasil aku cuma bagi-bagi makanan aja sebagai bentuk rasa syukur dan pergi kerumah ustadzah bareng keponakan sambil baca surat Maryam, Yusuf dan Al-Mulk beserta surat lainnya. Disana aku di kasih wejangan seperti sholat nggak boleh bolong, harus selalu baca Qur'an dan nggak boleh berkata kasar. Banyak baca buku parenting dan intinya lebih muhasabah diri lah ya soalnya kan udah mau jadi ibu. Sedihnya pas pregnant sebelum tahu kalau aku hamil, Okky udah ambil cuti seminggu setelah lebaran, rencana kita mau honey moon yang tertunda ke Jogja tapi lagi-lagi harus di tunda karena kondisi ku yang nggak memungkinkan.

    Nah karena memutuskan untuk melahirkan menggunakan asuransi perusahaan suami alhasil meluncurlah aku ke RS. Primaya Bekasi Barat, dan kontrol awal dengan Dr. Christiana, orangnya lembut dan seperti biasa suami yang excited mulai nanya ngalor ngidul. Biaya kontrol di RS. Primaya waktu itu kisaran 1.400an tanpa hasil rontgen, lumayan menguras kantong. Alhasil kita memutuskan untuk kontrol ke RSIA, selain jaraknya dekat banget dengan rumah harganya juga jauh lebih murah. Plus yang paling penting, suami dan aku ngerasa paling nyaman dan cocok dengan Dr. Iswan.

    Sebenarnya selama kehamilan aku dan suami nggak punya plan untuk normal atau caesar. Kita berdua memutuskan yang terbaik dan berserah diri ke Allah. Allah Maha Mengetahui dan Perencana terhebat. Jadi aku hanya berikhtiar, meminta yang terbaik. Sampai di kandungan 7 bulan dokter mengatakan bahwa berat bayi ku di atas rata-rata dan sehat. Dokter juga mulai menyarankan aku untuk mengikuti kelas yoga hamil di bidan atau klinik bersalin. Tapi karena aku mager datang kesana, belum lagi suami yang nggak bisa mengantar plus biaya sekali pertemuan berkisar 150-450 akhirnya aku memutuskan untuk membeli gymball dan berlatih sendiri. Dokter juga menyarankan untuk melakukan kontrol 2 Minggu sekali. Kalau sebelumnya 1 bulan sekali sekarang jadi 2 Minggu sekali. Makin mantul lah pengeluaran kami. hahaha

(ASI Booster diskonan yang aku beli saat hamil. hahaha)

        Karena tinggal berdua sama suami mau nggak mau aku yang mageran ini jadi jalan terus setiap pagi buat beli sayur, plus harus masak, menggosok pakaian, mencuci, menjemur, dll. Allhamdulillah Okky membantu banget, kalau aku masak dia sering cuci piring. Kalau Okky cuci baju, aku yang bagian menjemur pakaian. Kita berdua memutuskan untuk saling membantu. Kalau libur, Okky sering ngajak aku jalan pagi (nggak lupa jajan makanan di Indomaret dan kedai pinggir jalan) muehehe. 


(USG di bulan ke 4, udah ketauan kalau laki-laki hahaha)


(USG di bulan ke 5)


(USG di bulan ke 6)

    Menjelang di usia 7 bulan dokter mengatakan aku harus berhenti mengkonsumsi susu hamil dan menjaga pola makan karena bayi ku memiliki berat diatas rata-rata, karena ini anak pertama, khawatir kalau nantinya aku kesulitan untuk mengejan dalam proses melahirkan. Karena rencana awal pasti pervaginam, kata dokter proses melahirkan tersebut adalah proses melahirkan yang paling baik. Tapi karena aku bucin susu alhasil aku masih meminum susu soya atau kacang kedelai, selain katanya bagus untuk janin aku juga nggak kuat kalau pagi belum minum susu atau jus, kaya berasa kurang aja gitu hahaha.

    Menginjak di usia 8 bulan dokter pun menyarankan aku untuk melakukan kontrol seminggu sekali. Alhasil karena persalinan sebentar lagi aku memutuskan untuk melakukan pengecekan darah, karena setelah ditanya biaya lab berkisar 2 juta akhirnya aku dan suami memutuskan untuk menggunakan BPJS dan melakukan tes lab di klinik bersalin, sayangnya hal itu nggak bisa di lakukan. Jadi selama pregnant BPJS ku nggak terpakai. Kebetulan klinik fakesku adalah Kimia Farma, pelayanannya bagus sekali, ramah, cepat, bersih dan nggak ngantri. 

    Setelah di rujuk ke bidan yang di tuju, bidan tersebut mengatakan bahwa biaya BPJS yang di tanggung hanya 800 ribu jika melahirkan normal di rumah bersalin dan sisanya kami harus membayar kecuali kalau melakukan proses melahirkan caesar dengan diagnosa tertentu di RS maka itu akan di cover full dengan BPJS, plus karena mengecek menggunakan BPJS kami nggak bisa melakukan USG. Alhasil Okky bilang "USG aja sekalian Bu, kita nggak perlu pakai BPJS." Entah emosi atau apa kayanya doi udah bete banget hahaha. Tapi Allhamdulillah banyak banget pelajaran yang di kasih sama bidan, seperti teknik pernafasan, tidak berteriak ketika melahirkan karena nantinya akan kelelahan, posisi kaki melahirkan yang benar, barang apa saja yang perlu di bawa ketika melahirkan, cara menyusui, dll. Akhirnya aku mengeluarkan uang sekitar 125 ribu di bidan tersebut.

    Jadi, kalau ada yang bilang melahirkan dan hamil itu murah. Jangan percaya ya!

    Setelah ke bidan di hari Jum'at, kebetulan Okky saat itu cuti. Alhasil Minggu depannya aku memutuskan untuk kembali ke RS. Primaya karena rencana awal kami memang mau melahirkan di sana. Sebenarnya kalau emergency aku memutuskan untuk melahirkan di RSIA dengan biaya kisaran 10jt untuk caesar dan 5-6 jt untuk normal karena jaraknya dekat dengan rumah atau RS. Kartika Husada yang kebetulan bekerja sama juga dengan auransi perusahaan. Kami memilih banyak opsi, karena ini adalah pengalaman pertama kami. Hal yang paling mengharukan ketika Okky bilang "Uang bisa di cari, yang terpenting kamu dan baby sehat."

    Setelah mencari dokter terbaik di RS. Primaya berbekal Google Review dan orang terdekat, kami memutuskan untuk melakukan janji temu dengan Dr. Wulandari, sampai sini ternyata udah 4 kali aku ganti dokter obgyn dan satu kali dengan bidan loh haha. Di temani dengan kakak naik grab car meluncurlah aku kesana. Dan seperti yang di duga, janinku memiliki berat di atas rata-rata, dokter ngomel dan menyuruhku untuk berhenti mengkonsumsi vitamin dan nasi. Makan buah dan sayuran plus karbohidrat yang harus di kontrol. Dokter juga mengatakan perkiraan kehamilan 1 minggu lagi jadi dokter menyuruhku untuk datang kembali minggu depan. Biaya kontrol hanya berkisar 900-1 jt karena tanpa vitamin.


(Salah satu vitamin hamil yang aku konsumsi. bye bye)

    Di hari Minggu, seperti biasa aku dan Okky pergi makan di luar. Kami ke mall membeli underwear lagi dan lagi untuk aku (berat badan ku Masya Allah semakin bertambah) dan beberapa keperluan bayi yang belum di beli. Kami juga makan ramen di mamagio haha dan membungkus sop daging iga kali-kali kalau masih lapar hahaha. Okky juga memutuskan untuk mengisi bensin, khawatir kalau nanti aku melahirkan di minggu depan sesuai prediksi dokter./Keesokan paginya aku mengalami mual seperti di usia kandungan awal, muntah, pusing dan lemas. Okky mengatakan bahwa mungkin efek ramen yang aku makan kemarin malam. Alhasil Okky memutuskan untuk membeli bubur, sayangnya perutku nggak mau menerima dan mengeluarkan lebih banyak sisa makanan di dalam perut. 



(Kerempongan tasyakuran 4 bulanan yang di bantu family)

    Selama sehari penuh nggak ada makanan yang masuk ke dalam perutku, aku pun nggak bisa mengkonsumi sembarang obat karena hamil. Mamah menelfon menanyakan tentang bagaimana kehamilanku dan suamiku mengatakan bahwa belum ada tanda apapun justru aku malah lagi muntah-muntah karena kebanyakan makan mie. Karena mulas yang aku rasakan hanya mulas seperti haid aku membiarkannya. Ibu juga menelfon dan mengatakan bahwa sudah pulang dari rumah kakak serta besok akan ke rumahku. Karena rasa mulas dan sakit yang membuat malas alhasil di pukul 10 malam aku baru beranjak untuk sholat Isya (Please, jangan di tiru! hahaha).

Karena ada rasa ingin buang air kecil jadilan aku memutuskan untuk melakukan buang air kecil namun ternyata seperti ada sesuatu yang mengganjal dan pyuuur justru lendir berwarna putih bercampur darah yang keluar. Dengan tenang aku melakukan wudhu namun air tersebut keluar tanpa bisa di tahan. Alhasil setelah wudhu aku membangunkan Okky yang sudah tertidur pulas, aku mengatakan sepertinya air ketuban ku pecah, apa kita harus ke dokter? atau besok pagi aja? belum sampai aku selesai berbicara air ketuban ku kembali mengucur deras. Segera aku memutuskan untuk sholat dalam kondisi duduk, Allahu aku memutuskan untuk tetap sholat entah sah atau tidak aku merasa takut ketika aku melahirkan aku meninggal dalam keadaan meninggalkan sholat. Menjadi pengingat untuk aku agar nggak menunda-nunda sholat.

Okky yang setengah linglung membuka hp, aku memutuskan untuk sholat dalam keadaan duduk karena saat sholat air ketubanku mengalir deras. Selesai sholat, aku mengambil alat pel namun air ketuban terus merembes keluar. Alhasil aku segera memutuskan menggunakan pampers, Okky mengatakan bahwa kami harus segera ke RS. Ternyata dia baru menelfon RS. Primaya dan pihak RS menyarankan untuk segera membawa ku, pihak RS mengatakan bahwa tanda siap melahirkan adalah pecah ketuban. Alhasil aku menelfon ibu, di tengah kepanikan berdua kami memasukan barang-barang bawaan ke dalam mobil. Tips untuk yang baru hamil, sebaiknya barang bawaan sudah lengkap dan jika memiliki kendaraan masukkan saja ke dalamnya biar nggak ada yang tertinggal. FYI aku masih mengepel lantai namun Okky melarang dan menyuruhku segera masuk ke mobil. Ntah kenapa aku merasa masih santai saja, kepanikan ku hanya karena melihat Okky yang tergesa-gesa dan air ketuban yang masih saja terus mengalir tanpa bisa aku cegah. Aku segera membawa tasbih digital, berdzikir dalam hati agar hatiku tidak was-was.

Setelah ibu ikut, ibu bertanya apa aku mulas? Aku bilang hanya mulas seperti haid, berarti kembar air! kata ibu. Ya ternyata setelah sampai RS dan di bawa ke ruang observ, aku mengalami pecah ketuban dini. Air ketubanku sudah keruh dan aku segera di induksi. Pampers yang ku pakai tidak dapat menampung air ketuban, alhasil gamis yang ku pakai basah kuyup karena air ketuban bercampur darah yang baunya amis sekali. Karena masih suasana Covid, hanya satu orang yang boleh berjaga. Alhasil karena sudah tengah malam aku memutuskan dengan berat hati untuk memesankan ibu grab car untuk pulang kerumah, saat itu baru pembukaan dua jadi yang lebih aku khawatirkan adalah ibu yang pulang sendirian.

Setelah di lakukan induksi, aku di kontrol dengan alat pendeteksi detak jantung bayi. Suster jaga mengatakan jika merasa tendangan atau pergerakan bayi, silahkan pencet ya namun sampai pukul 2 pagi aku tidak merasakan tendangan apapun. Karena Okky harus melakukan swab maka ketika masuk RS aku berpisah dan sendiri. Aku melakukan tes darah, dan beberapa suntikan. SeteDi pukul 4 pagi aku merasa mulas tidak tertahankan, namun suster mengatakan bahwa kehamilan ku berkisar di jam 11-12 namun Okky tetap memanggil suster. Ternyata di jam segitu aku sudah pembukaan ke 7!

Rasanya Masya Allah dan nggak bisa tergambarkan. Karena aku pecah ketuban dini aku nggak bisa melakukan gymball atau jalan untuk mengurangi rasa sakit dan mulas. Hanya duduk dan berdiri yang bisa aku lakukan karena suster berkali-kali mengatakan untuk mengurangi pergerakan. Pada saat itu aku masih berada di ruang observ. Pukul setengah 6 pagi suster memeriksaku kembali dan ternyata pembukaan ku sudah lengkap, namun dokter masih belum datang. Alhasil aku segera di bawa keruang bersalin.