Hari ini aku bermimpi tentang kamu. Aku melihatmu dengan dia
bergandengan bersama, dan itu benar-benar terasa menyakitkan untukku – bahkan setelah
aku bangun.
Aku tak bisa mengatakan betapa mimpi buruk itu menjelma
menjadi ketakutan untukku, betapa hari-hari ku terasa buruk hanya karena mimpi
yang tak nyata itu. Aku tahu, kamu tak akan mengulangi kesalahanmu yang dulu.
Namun bagaimana bila aku salah kira? Namun bagaimana bila nyatanya aku
melewatkan banyak hal, dan dengan bodohnya aku begitu percaya diri
menyombongkan betapa kamu mencintai aku sedalam aku mencintaimu.
Kamu tahu? Ada seseorang yang berkata bahwa cinta bisa hadir
meskipun tanpa kepercayaan. Begitulah cinta yang ku berikan padamu. Ingatkah kamu
ketika kamu meragukanku dan bertanya apa aku mencintaimu? Aku mengangguk dan
mengiyakan dengan yakin. Tapi pertanyaan kedua yang kamu ajukan untukku tentu
kamu ingat pula bukan?
Aku tak mempercayaimu. Tak pernah benar-benar mempercayaimu.
Sayang, cinta dengan kepercayaan adalah dua hal yang berbeda.
Tapi hadir bersama ketika ia tumbuh. Aku pernah mencintaimu dengan kepercayaan.
Aku pernah dengan angkuh berkata bahwa kamu laki-laki setia yang aku syukuri
keberadaannya. Bahkan ketika beberapa orang menggoyahkanku, aku tetap
memilihmu. Aku tetap meyakini diriku bahwa aku hanya harus mencintai satu
orang, dan itu kamu.