Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Selasa, 28 November 2017

Review Jurnal (Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause)


TUGAS PSIKODIAGNOSTIK II (OBSERVASI)
Review Jurnal
Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2017

Jumat, 27 Oktober 2017

Cinta dan Kepercayaan



Hari ini aku bermimpi tentang kamu. Aku melihatmu dengan dia bergandengan bersama, dan itu benar-benar terasa menyakitkan untukku – bahkan setelah aku bangun.
Aku tak bisa mengatakan betapa mimpi buruk itu menjelma menjadi ketakutan untukku, betapa hari-hari ku terasa buruk hanya karena mimpi yang tak nyata itu. Aku tahu, kamu tak akan mengulangi kesalahanmu yang dulu. Namun bagaimana bila aku salah kira? Namun bagaimana bila nyatanya aku melewatkan banyak hal, dan dengan bodohnya aku begitu percaya diri menyombongkan betapa kamu mencintai aku sedalam aku mencintaimu.

Kamu tahu? Ada seseorang yang berkata bahwa cinta bisa hadir meskipun tanpa kepercayaan. Begitulah cinta yang ku berikan padamu. Ingatkah kamu ketika kamu meragukanku dan bertanya apa aku mencintaimu? Aku mengangguk dan mengiyakan dengan yakin. Tapi pertanyaan kedua yang kamu ajukan untukku tentu kamu ingat pula bukan?
Aku tak mempercayaimu. Tak pernah benar-benar mempercayaimu.

Sayang, cinta dengan kepercayaan adalah dua hal yang berbeda. Tapi hadir bersama ketika ia tumbuh. Aku pernah mencintaimu dengan kepercayaan. Aku pernah dengan angkuh berkata bahwa kamu laki-laki setia yang aku syukuri keberadaannya. Bahkan ketika beberapa orang menggoyahkanku, aku tetap memilihmu. Aku tetap meyakini diriku bahwa aku hanya harus mencintai satu orang, dan itu kamu.

Minggu, 23 Juli 2017

Benefit Friend or Benefit Friend(s) ?



Kadang saya nggak mengerti dengan apa sih yang dimaksud dengan sahabat?
Manusia yang selalu berkumpul dan hangout makan makan di café denganmu? Atau yang memenuhi feed instagram kamu? Atau orang-orang yang namanya selalu kamu tag saat ada postingan menyenangkan yang mampir di berandamu?

Selama saya hidup. Di dunia ini, hanya ada satu teman yang saya cari di saat kondisi terdesak.
Dia bukan orang yang suka saya tag saat saya melihat caption-caption bagus, bukan orang yang akan memberi saya kado atau memenuhi feed instagram saya. Tapi, dia selalu menjadi orang yang nggak pernah melupakan untuk mengucapkan selamat dan berkah yang melimpah di saat saya berulang tahun. Eh, tunggu dulu. saya rasa dia sering melupakan hari ulang tahun saya, dan dengan seenak hatinya mengatakan ‘Sorry, gue lupa’ dengan tawa yang menyebalkan.

Kalau di pikir-pikir, saya dan dia sering kali bertengkar hanya hal sepele. Seperti ketika memutuskan untuk menonton film apa atau parahnya, ketika saya merasa bahwa tape dan peyeum sama sementara dia membuatnya benar-benar terlihat berbeda.

Namun, ada beberapa hal yang membuat saya merasa bahwa dia teman terbaik, yang sungguh, selalu saya syukuri keberadaannya. Kami tak pernah berdebat soal ketidak ikut sertaan ketika diantara kami berdua mengajak. Ketika dia mengatakan kata ‘Lihat besok ya?’ saya sudah mengartikan bahwa dia tidak bisa, apapun alasannya. Itu tetap menjadi haknya untuk menolak. Begitu pula dengan saya.
Kami juga tak pernah berdebat soal mengapa saya selalu memposting tulisan galau atau dia yang sering mempublikasikan kebahagiaanya dengan kekasihnya. Karena entah mengapa, saya merasa ini pertama kalinya saya merasa bahagia ketika teman yang saya sayangi bisa disayangi oleh orang lain.

Ngomong-ngomong soal ini, kemarin tukak lambung saya kambuh. Saya tidak bisa tidur hingga pagi, lucunya saya justru mengabarinya lebih dulu. Dan dia mengatakan sesuatu yang benar-benar membuat saya setidaknya merasa lebih baik ‘Kalau rumah lo disamping gue. Gue samperin lo’
Dan saya rasa, sesederhana itu lah sahabat. Saya nggak akan merasa malu bila menceritakan aib yang nggak satupun orang tahu. Saya nggak akan merasa di hina bila dia melontarkan kritikan pedas. Dan saya nggak merasa ditinggalkan, ketika dia lebih memutuskan untuk pergi dengan teman-teman yang lainnya.

Dan yang saya tahu, sahabat bukan seseorang yang membuatmu merasa bahwa kamu harus selalu ada, sehingga sering kali memaksa dirimu untuk melakukan hal yang tak kamu inginkan. Sahabat, juga bukan pula orang yang kamu perjuangkan dengan begitu sangat, hingga sering kali kamu merugikan dirimu sendiri.

Dia bukan orang yang membuatmu menangis karena ucapannya.
Tetapi dia, adalah orang yang membuatmu merasa bahwa kamu memerlukannya ketika kamu menangis.

Karena, saya menemukan sesuatu seperti itu dengannya. Maka saya memutuskan untuk menjadikan dia sahabat untuk diri saya.

Jumat, 23 Juni 2017

"Seberapa Banyak?"

Di dunia ini ada begitu banyak orang yang menjalin pertemanan didalam sebuah kelompok. Ketika diberi sebuah pertanyaan, ada berapa banyak teman yang kamu miliki, ia tentu saja akan menyebutkan satu persatu nama yang dikenalinya, hingga ia akan tertawa dan mengatakan “Ah benar-benar banyak, sampai terkadang saya melewatkan nama teman yang lainnya”. Namun senyumnya berhenti ketika seseorang menanyakan, “Ada berapa banyak teman yang akan kamu temui ketika benar-benar sedang dalam kesulitan?”

Kamis, 09 Maret 2017

Si Tukang Nyinyir


Jadi ceritanya gue harus ngangkot tiga kali dari kampus, dimulai naik angkot yang apapun itu arahnya bisa sampe ke stasiun, naik lagi angkot 01 sampe ke bulak kapal dan diterusin sama angkot 16 C sampe depan gang alfamart, bukan gang rumah sih memang, tapi lumayan deket buat sampe rumah. Gue duduk sendiri kebetulan di angkot terakhir, ada satu orang ibu-ibu yang lagi sibuk main gadget dan satu orang ibu lagi yang bawa anak laki-laki. PAUD x, anak laki-laki itu kebetulan masih make seragam. Sederhananya, gue menyimpulkan bahwa mereka baru pulang, bisa pulang dari belanja setelah anak itu pulang sekolah, bisa pulang habis main ke rumah sodara setelah anak itu pulang sekolah atau bisa aja ibu itu habis pulang dari rumah teman sehabis anak itu pulang sekolah.

Tapi dugaan yang paling kuat yah si ibu sama si anak itu habis belanja dari pasar, di karenakan gue sempat melihat ibu itu bawa tentengan plastik yang kelihatannya ada sayur mayur di dalamnya.
Si ibu sama anaknya kebeneran lagi asik ngunyah makanan, nggak tau apaan, karena nggak sempat merhatiin lebih detail karena takut disangka kepengen. Tapi yang paling bikin gue inget adalah setelah memakannya, si ibu ngebuang plastiknya keluar pintu karena kebetulan angkot tersebut masih ngetem lumayan lama. Ya jelas anaknya juga ikut ngelempar sampah makanan itu keluar pintu, baydeway gue bener-bener duduk nempel di sebelah pintu sementara si ibu dan si anak berhadapan dengan posisi duduk gue.

Sederhana aja sih, gue bukan orang yang bersih dan cinta banget sama lingkungan.

Tapi kalo boleh cerita, gue mau sedikit cerita,

Jadi dulu waktu kebetulan ada acara bukber bareng temen kelasan SMK, gue sama temen-temen setelah makan asik ngekongkow bareng ditaman, lupa waktu karena mendadak cerita nostalgia menyelimuti tiap perbincangan kami. Gue yang kebetulan lumayan doyan es krim beserta makanan manis jajarannya, ngebeli beberapa snack untuk dimakan bersama teman-teman. Hingga akhirnya kita semua ketempat parkir dan memutuskan untuk pulang meninggalkan sampah sisa-sisa makanan yang kami makan. Tiba-tiba gue keinget untuk ngecek ponsel karena ada yang janggal seperti ‘Kok bapake nggak nelfon ya?’ tapi sebelum mau ngecek, temen gue ada yang nanya “Nis pinjem ponsel dong.” dan eng i eng!!! Handpone gue hilang sodara-sodara. Gue kalang kabut, buru-buru lari dan mau nyebrang jalan besar buat ketaman lagi. Kebayang nggak sih betapa shocknya gue?!

Hingga akhirnya temen gue nyentil jidat gue dan bilang “Gimana kalo gue nggak buang sampah lo ketempat sampah? Gimana kalo itu sampah-sampah yang lo buat dibiarinin ngegeletak gitu aja?” gue menghela nafas lega, dia ngasih ponsel gue dan bilang kalo ponsel gue ada didalam kantong plastik bekas sampah-sampah makanan yang gue beli tadi. Dan konyolnya, gue keinget kalo ponsel tersebut gue masukin kekantong plastik karena kebetulan tangan kanan dan kiri gue lagi megang makanan sementara Ibu nelfonin gue terus menerus.

Mungkin untuk gue pengalaman itu bisa jadi pembelajaran besar buat gue. Gue jadi mulai untuk nggak membuang sampah sembarangan lagi. Kebayang nggak tiap pulang ngampus kalo ibu suka ngorek tas gue, dia bakal nemuin timbunan sampah dan ngedumel. Tiap kali dia nyuci dan kantong gue selalu penuh dengan sampah dia bakal bersiul. Tapi biar bagaimanapun juga, gue mulai paham, kalo gue sudah mulai belajar sedikit demi sedikit.

Dari mulai ngantongin bekas sisa makanan kecil kedalam kantong baju, masukin sampah sisa apapun itu kedalam tas kalau memang lagi dijalan dan mulai meletakkan kantong kresek plastik dikamar.
Buat gue, yang suka mencoba untuk nimbun di sampah ditas. Ngedumel karena disepanjang jalan nggak nemu tong sampah karena lagi megang kantong sisa makanan. Atau nemuin hal terkecil seperti melihat orang lain menjadi model belajar untuk orang lain dengan perilaku konyol kecil seperti ‘buang sampah disekitarnya’ sedikit bikin gue meringis dalam hati, dan berdoa dengan pelan di nurani.

“Ya Tuhan, kalo memang nanti Kau datangkan banjir. Banjirnya dirumah dia saja ya, asal dirumah saya jangan.”

Sekian dari kami yang mulai belajar untuk mencintai lingkungan.

Jumat, 03 Maret 2017

Sebal Adalah Kata Awalan dari MENYEBALKAN




Biasanya kalo kepala udah pusing, perut udah mual dan badan mulai keringet dingin pas gue masih asik berkutat sama laptop, ada dua perkara yang mendasarinya. Yang pertama, gue lupa makan. Dan yang kedua, otak gue mulai ngebul

Biasanya sebab pertama yang selalu jadi prioritas ketika gue mengalami gejala tersebut. Pasalnya, gue termasuk jenis manusia yang ngendem dikamar dari pagi sampe ke pagi lagi, yang kebetulannya aja cuman keluar buat mandi, sholat dan beresin rumah karena ditereakin emak. Kenapa gue bisa segila itu ketika mengerjakan sesuatu? gue rasa semua orang pun sepakat bahwa ketika kita merasa memiliki tujuan, target dan melakukan hal yang menurut kita menyenangkan semua akan terlupakan begitu aja. Dan gue percaya, bukan hanya gue yang berperilaku demikian.


Kreativitas seseorang meningkat dimalam hari, dan hal itu benar-benar gue setujui dengan sangat teramat sangatngatngat. Setiap malam, sebelum tidur yang bener-bener tidur, gue selalu punya banyak hal yang ingin gue jadiin tulisan, ada banyak ide yang berkeliling diatas kepala gue yang menyebabkan gue suka tidur ketika jarum jam tepat diangka tiga, meski dengan kepala yang sudah asik diatas bantal dengan lampu kamar yang dimatikan.

Lalu gimana dengan siang hari? Saat dimana es teh benar-benar menggoda, abang bakso mencoba melambai dan tukang krepes beserta es krim bolak-balik ngelewatin rumah. Jadi mari disepakati bahwa itu adalah saat-saat dimana gue berkata dengan terlalu sering bahwa gue belum memakan apapun.
Pernah sewaktu gue hobi ngelukis waktu SD, gue bener-bener nggak melakukan apapun selain melukis. Maksudnya, gue cuman gambar benang kusut doang, tapi biar kerenan gue menyebutnya dengan melukis gitu loh, meski demikian gue ingat dengan jelas bahwa gue nggak melakukan apapun selain mengotori rumah dengan kertas-kertas besar dan cat warna. Pernah juga sewaktu itu gue bikin scrapbook dari pagi ke pagi lagi, karena gue terbiasa minum obat, maka minumlah gue obat pusing dan setelah itu gue sadar bahwa dua hari dihitung dari kemarin gue nggak memakan apapun selain air putih dan obat yang gue telan. Meski akhirnya scrapbook buatan gue nggak gue berikan sebagai hadiah dan gue simpan didalam laci.



Gue bisa jadi orang yang benar-benar menyebalkan ketika mengerjakan tugas. Gue bisa jadi orang yang mudah sekali dibenci ketika melakukan sesuatu yang betul-betul membuat gue tertarik. Lalu bagaimana dengan lo? Apa lo adalah orang yang segitu menjengkelkannya seperti gue?