Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Jumat, 23 Juni 2017

"Seberapa Banyak?"

Di dunia ini ada begitu banyak orang yang menjalin pertemanan didalam sebuah kelompok. Ketika diberi sebuah pertanyaan, ada berapa banyak teman yang kamu miliki, ia tentu saja akan menyebutkan satu persatu nama yang dikenalinya, hingga ia akan tertawa dan mengatakan “Ah benar-benar banyak, sampai terkadang saya melewatkan nama teman yang lainnya”. Namun senyumnya berhenti ketika seseorang menanyakan, “Ada berapa banyak teman yang akan kamu temui ketika benar-benar sedang dalam kesulitan?”


Di dunia ini, ada beberapa orang yang menetap dan tinggal di dalam satu kelompok, entah dia di anggap, atau di bicarakan dibelakang. Dia akan tetap tinggal didalamnya. Beberapa diantaranya menjadi anggota yang begitu menyenangkan, yang paling ceria dan memberi guyonan lebih dari yang lainnya. Mereka terlihat begitu bodoh di dalam sebuah kelompok, tidak berakal dan terlihat paling memalukan. Dan orang inilah yang sedang dibicarakan.

Pertanyaan diatas membuatnya menutup mulutnya dan tersenyum pias. “Saya lupa.” Bukan benar-benar lupa, atau karena ada begitu banyak nama hingga ia lupa mana yang harus disebutnya diawal. Melainkan ia benar-benar lupa, siapa orang yang akan ia datangi ketika sedang berada dalam kesulitan. Karena baginya, ia tak akan menemui siapapun saat berada dalam kesulitan. Ia akan menghilang, menutup dirinya serapat-rapatnya hingga tak ada satu orangpun yang tahu ketika ia sedang berada didalam kesulitan.

Karena orang mengenalnya bukan sebagai si pemikir, atau orang yang bisa mengeluarkan air mata. Ia dikenal sebagai teman yang bahagia, si lucu, yang bila banyak orang berduka ia adalah satu-satunya manusia yang masih dapat tertawa paling kencang. Orang-orang tak akan mengenalinya ketika ia mengeluh, atau ketika ia menangis. Orang-orang yang disebut teman itu tak akan dapat mengetahuinya bahwa orang yang sedang menangis tersedu-sedu itu adalah orang yang berada didalam kelompoknya.

Begitu juga dengan manusia yang menjalin cinta. Mereka akan mengubah dirinya untuk terlihat sempurna. Ketika seseorang menetapkan untuk menjalin sebuah hubungan, hal itu akan menimbulkan batasan-batasan yang terjadi antara ia dan kekasihnya. Tentu saja, sebagian dari manusia disana tidak akan mencari orang yang di cintainya ketika dalam kondisi kesulitan. Ia tidak akan mengatakan betapa tak ada sepeserpun uang didalam kantongnya, atau ketika ia mengatakan bahwa baju yang dikenakannya adalah bekas seseorang.

Sebagian dari mereka, akan menutupinya dengan begitu baik. Karena mereka ingin dicintai. Karena mereka ingin orang yang mencintainya mengatakan bahwa “Dia kekasih yang sempurna.” Atau “Bersama dia saya selalu bahagia”. Mereka tidak akan membuat orang yang dicintainya berpikir bahwa betapa malang dirinya, atau rasa kasihan melingkupinya. 

Karena manusia memang seperti itu. Jadi jangan mengatakan bahwa dia benar-benar munafik. Atau dia benar-benar bodoh. 

Mereka hanya ingin dikasihi. Karena bagi mereka tak apa menangis asal bersama, karena kamu tahu sayang? Kesepian itu begitu menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar