Selamat Ulang Tahun Annisha, yang ke 20 Tahun. Barakallahu…
Pada tahun-tahun sebelumnya, gue selalu menantikan tanggal ini. Tanggal
dimana gue berpikir bahwa kado akan menanti dan kue cokelat yang menggiurkan
menghampiri.
Ini giliran gue. Dan tentu aja gue bahagia
Dulu, ada banyak pesan yang menggunung, sampai-sampai gue malas
untuk membalas pesannya.
Maksudnya, ada beberapa yang nggak mengenal dekat gue. Bahkan mungkin
kami nggak bertegur sapa terlalu sering, tapi nyatanya dia justru muncul
diberanda gue. Mengucapkan dengan diakhiri emot senyum. Yang memiliki banyak
arti.
Gue suka dengan kejutan, dengan pernak-pernik manis, hingga
beberapa orang akan mengatakan bahwa gue, adalah “wanita yang begitu banyak
dicintai”. Gue sama dengan banyak orang yang berharap dengan apa yang akan
didapat dihari itu. Bukan tentang apa yang sekiranya harus diberi ucapan
terimakasih dihari tersebut. Ibu sama bapak, tentu nggak pernah memberi gue
kado ataupun kue. Mereka hanya mengucapkan selamat. Bahkan mungkin nggak sama
sekali
Bapak justru lebih mengharuskan gue mengucapkan terimakasih sambil
mencium tangannya.
Hingga akhirnya. Ada seorang teman yang mengatakan “Nggak ada kado
yang lebih besar selain sebuah doa”.
Semua tiba-tiba aja jadi terasa serba salah. Lagu Jamrud yang
sering gue putar terasa makin ngena dihati.
Dan gue mendadak merasa bahwa nyatanya memang benar “Gue memang
nggak pernah berharap untuk dapet apapun dihari itu. Gue bahkan lupa dengan
hari tersebut. Buat gue semua hari sama aja.”
Dan sekarang gue mulai menghitung….
Ada berapa banyak teman yang mendoakan gue.
Ada berapa banyak orang-orang dideket gue yang benar-benar
mendoakan dengan lapang untuk kebaikan gue.
Gue mulai merasa bahwa hari ini adalah hari yang paling membebani di
hidup gue.
Hari dimana gue harus membuat orang yang gue suka mengeluarkan uang
lebih untuk membeli banyak benda hanya demi menyenangkan gue.
Hari dimana teman-teman gue harus menyisihkan uang jajan yang
ditabungnya hanya demi membeli kado dan kue untuk gue.
Hari dimana Ibu harus memberi jatah tambahan untuk membiarkan gue
bisa mentraktir.
Hari dimana gue seharusnya sadar bahwa bisa aja esok ataupun saat
ini gue mulai dikafani karena sudah selesainya usia gue didunia ini.
Gue merasa bahwa, gue benar-benar menjadi wanita ter-egois didunia
ini.
Seharusnya gue sadar bahwa hari ini adalah hari dimana seharusnya
gue berterimakasih pada Tuhan.
Untuk segala kasih sayangNya, untuk segala belas kasihNya dan untuk
segala kebaikanNya.
Seharusnya dihari ini gue lebih banyak bersujud dan merapal banyak
kata. Mengucapkan terimakasih karena telah membiarkan gue hidup di dunia ini lebih
lama. Terimakasih karena telah membiarkan gue untuk tetap berada disekeliling
orang-orang yang gue sayang. Terimakasih karena telah memberikan kesehatan
untuk ibu, bapak dan orang-orang yang gue kasihi. Terimakasih karena telah membiarkan
gue untuk bisa bernapas dengan gratis meski Dia tahu bahwa nggak terhitung udah
berapa banyak manusia yang hatinya gue sakiti. Terimakasih karena telah
memberikan rumah yang layak untuk gue tinggali. Terimakasih karena telah
membuat gue mendapatkan banyak doa dari orang-orang yang gue cintai.
Mungkin aja, gue nggak bisa merapal satu persatu ucapan terima
kasih gue. Karena mata yang gue pake saat ini, tangan yang gue pinjam saat ini
ataupun otak yang udah buat gue bisa berpikir saat ini juga termasuk bagian
yang harus gue ucap dan gue rapal.
Bodohnya, adalah gue baru sadar saat ini.
Bahwa nyatanya “happy birthday” yang selama ini sudah gue
nanti-nantikan dan gue puja berlebihan itu, membuat gue seringkali harus
bersusah payah menahan tangis.
Ada banyak orang yang harus gue beri permohonan maaf. Karena diumur
gue yang tua ini, gue sadar, bahwa ada begitu banyak manusia yang hatinya gue
lukai.
Secara sadar, ataupun sesadarnya gue.
And finally…
Gue belajar lagi, tentang arti hidup.
Tentang betapa Tuhan, telah begitu baik membiarkan makhluk seperti
gue, untuk tetap begitu sangat dicintai.
Terimakasih untuk manusia yang mengatakan bahwa gue cukup hebat dan
memberi gue pujian karena tulisan konyol gue ini. Terimakasih untuk orang-orang
yang dengan kerendahan hatinya membaca tulisan gue ini.
Lo, mungkin bukan menjadi bagian orang yang akan gue sebut
dideretan utama.
Tapi lo adalah manusia yang selalu membuat gue merasa, bahwa
dibalik ketidak berdayaan yang gue amini. Ada manusia yang mengatakan bahwa gue
cukup baik untuk tetap menjadi seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar