Hari ini aku bermimpi tentang kamu. Aku melihatmu dengan dia
bergandengan bersama, dan itu benar-benar terasa menyakitkan untukku – bahkan setelah
aku bangun.
Aku tak bisa mengatakan betapa mimpi buruk itu menjelma
menjadi ketakutan untukku, betapa hari-hari ku terasa buruk hanya karena mimpi
yang tak nyata itu. Aku tahu, kamu tak akan mengulangi kesalahanmu yang dulu.
Namun bagaimana bila aku salah kira? Namun bagaimana bila nyatanya aku
melewatkan banyak hal, dan dengan bodohnya aku begitu percaya diri
menyombongkan betapa kamu mencintai aku sedalam aku mencintaimu.
Kamu tahu? Ada seseorang yang berkata bahwa cinta bisa hadir
meskipun tanpa kepercayaan. Begitulah cinta yang ku berikan padamu. Ingatkah kamu
ketika kamu meragukanku dan bertanya apa aku mencintaimu? Aku mengangguk dan
mengiyakan dengan yakin. Tapi pertanyaan kedua yang kamu ajukan untukku tentu
kamu ingat pula bukan?
Aku tak mempercayaimu. Tak pernah benar-benar mempercayaimu.
Sayang, cinta dengan kepercayaan adalah dua hal yang berbeda.
Tapi hadir bersama ketika ia tumbuh. Aku pernah mencintaimu dengan kepercayaan.
Aku pernah dengan angkuh berkata bahwa kamu laki-laki setia yang aku syukuri
keberadaannya. Bahkan ketika beberapa orang menggoyahkanku, aku tetap
memilihmu. Aku tetap meyakini diriku bahwa aku hanya harus mencintai satu
orang, dan itu kamu.
Aku berkata kepada diriku, berhubungan dengan orang dimasa
lalu akan menyakitimu maka aku tak pernah melakukannya. Aku berkata kepada
diriku, membalas pesan orang yang menyukaiku akan menyakitimu, maka aku menjauh
dan tak pernah membalasnya. Aku berkata pada diriku bahwa ini salah ketika
seseorang memberiku hadiah dan menolaknya, karena aku tahu bahwa itu
menyakitimu.
Tapi…
Pernahkah kamu melakukan hal yang sama sepertiku?
Pernahkah kamu berpikir betapa aku sakit hati hanya pada sebab-sebab
kecil seperti itu? Pernahkah kamu benar-benar bertanya padaku bahwa apakah aku
baik-baik saja karenanya?
Tidak.
Kamu tak pernah benar-benar mengerti betapa arti diam dan tak
masalahku membuatku menumpahkan tangis semalam penuh dan membiarkan mataku
membengkak. Kamu tak pernah mengira betapa diamku terasa begitu menyesakkan. Aku
tak memukulmu, juga tak menyumpahimu seperti teman-temanku yang melakukan hal
tersebut dengan kekasihnya. Aku tak bertanya kepada perempuan tersebut atau
mengatakan bahwa ia benar-benar membuatku tak nyaman, aku bahkan tak pernah
benar-benar menyalahkanmu ataupun dirinya.
Itulah sebabku mengatakan tak masalah bila aku melakukan hal
yang sama sepertimu bukan?
Tahukah kamu mengapa aku begitu?
Itu tidak anggun. Tentu saja aku tak bisa melakukannya,
membiarkanmu tahu betapa aku terluka karenanya akan membuatmu besar kepala. Berbicara
dengan perempuan itu dan mengacaukan hubunganku dengan orang yang bahkan tak
ingin ku kenali tak benar-benar begitu baik bagi duniaku. Aku tak ingin
berhubungan dengan seseorang yang menyakitiku. Bahkan bila pun bisa, aku tak
ingin benar-benar melihat dirinya.
Jadi, bila aku tak mengangkat telfonmu atau membalas pesanmu,
kamu hanya perlu tau hal ini. Aku mencoba untuk menenangkan diriku. Aku membutuhkan
waktu untuk memaafkanmu karena aku mencintaimu. Aku membutuhkan waktu, dimana
aku bisa merenungi betapa tangisku terasa sia-sia. Tidakkah kamu harus
bersyukur karena telah mendapatkanku? Tidakkah kamu perlu berterima kasih
karena aku tak pernah memakimu? Tidakkah kamu perlu menghebatkan diri karena
aku mencintaimu dengan sangat seperti ini? Bahkan, karena cintaku yang begitu
bodoh ini, aku bahkan tak pernah sepenuhnya menyalahkanmu meskipun menyakitiku.
Mungkin barangkali kamu membalas pesannya karena jenuh denganku, mungkin kamu
memberinya emot kiss atau peluk hanya karena sebuah candaan, toh pada nyatanya
kamu tak pernah benar-benar memeluk atau menciumnya bukan? Haha aku akan tertawa
paling kencang bila hal itu terjadi. Kita bahkan tak pernah melakukannya, dan
aku akan dengan sombong mengatakan bahwa dia hanya sebagai pemuas nafsumu. Tidakkah
itu menyakitiku? Tentu tidak, aku mungkin akan menangis beberapa saat tapi aku
bersyukur karenanya. Aku hanya perlu meninggalkanmu. Itu saja.
Sayang, dengarkan aku kali ini. Aku memiliki banyak teman pria, mereka
bisa mengenalkanku dengan teman mereka yang lainnya. Atau kalau lebih mudah aku
bisa saja berkencan dengan mereka, tidakkah kamu ingat karenanya teman-teman
dekatku menghinaku? Mengatakan aku murah karena memiliki begitu banyak teman
pria?
Sayang, tak mengapa bila aku mencintaimu tanpa kepercayaan.
Karena bahkan sampai saat inipun aku tetap bersedia untuk
bersamamu bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar