Untuk
seseorang yang pernah meninggalkan saya karena saya terlalu buruk.
Malam ini saya berkaca,
rambut saya yang keriting dengan kaca mata besar menggantung di pangkal hidung.
Bibir lebar berstektur tebal dan hidung yang besarnya mengalahi kelereng jumbo
membuat saya tersenyum miris. Berharap bahwa semua masih bisa di perbaiki.
Berharap bahwa saya di ciptakan dengan keadaan yang lebih baik. Tapi kenyataan
memang tidak berjalan bersama impian. Dan saya sudah tahu hal itu sejak lama.
Setiap lelah saya
menggunung, saya menyempatkan diri untuk berkaca kembali. Sudah lebih baikkah
saya? Apa saya masih bisa untuk menjadi bagian orang yang di perjuangkan? Apa
saya tidak akan di tinggalkan lagi karena
hal konyol, seperti terlalu miskin atau terlalu bodoh. Apa saya sudah
bisa dicintai tanpa harus menutupi segala kekurangan yang saya miliki..
nyatanya tidak ada jawaban yang bisa saya dapatkan, nyatanya tidak ada suara
yang mengatakan bahwa saya sudah jauh lebih baik. Kenyataan memang membuat saya
harus menekan kuat-kuat rasa kebencian.
Setiap kali saya pergi
mengajar, saya berjuang keras-keras untuk melawan tangis karena tahu bahwa kata
sepadan tidak bisa diartikan dengan penyatuan. Dan kali ini, saya jatuh
sejatuh-jatuhnya. Saya patah sepatah-patahnya. Saya sadar sesadar-sadarnya.
Kata-kata yang terlontar untuk saya kali itu sangat cukup menikam saya bahwa- menjadi
perempuan yang tidak memiliki apa-apa tidak patut sama sekali untuk dicintai.
Tidak wajar sama sekali untuk dikasihi. Tidak pantas sama sekali untuk
dijadikan belahan jiwa.
Maka untuk kali ini, saya
akan berjuang untuk menjadi perempuan yang hebat. Yang tidak akan ditinggalkan
lagi karena tidak memiliki apa-apa. Yang tidak akan direndahkan karena bodoh
dan miskin. Yang tidak akan disalahkan lagi karena buruk dan cengeng. Kalaupun
saya harus menyerah, semua tak akan berhenti pada titik dimana saya patah.
Saya akan kembali tumbuh,
saya akan kembali bermimpi. Untuk satu kali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar