Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Jumat, 03 April 2015

Bintang Sa.

Ini bukan lagi malam hari, namun menjelang pagi. Tapi mata saya yang sudah memiliki lingkaran hitam besar masih saja enggan lepas dari layar monitor, saya tentu bukan pembuat tugas yang baik. Juga bukan seorang wanita yang rajin membaca buku dan menggali informasi tentang banyak hal yang tidak di ketaui. Kali ini, sama seperti biasa, saya membuka media sosial, lalu meng"upload" status tentang betapa bahagianya hidup ini. Terkesan bohong, tapi mana orang tahu?

Kali bulan yang lalu, ponsel saya bergetar. Seseorang dengan nama yang sama berceloteh panjang lebar kepada saya, merincikan betapa indahnya tinggal di daerah istimewa sana. Dia masih sama. Masih sepolos dulu. Masih tergila-gila dengan pacarnya yang hanya bisa dia jumpai di layar kaca, atau kaset bajakan yang bisa dibeli dipinggir jalan. Sesuatu yang sudah saya hafal sedari dulu.
Dia menertawakan saya, betapa terkesan bodohnya saya yang masih terlihat rapuh karena sebuah percintaan yang katanya tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan kecerdasan saya. Dia dewasa tapi masih terlihat kekanak-kanakan. Meski begitu, nyatanya saya belajar banyak darinya. Senyum saya mengembang mendengar guyonannya, entah sudah berapa lama saya tidak senyum-senyuum seperti orang gila karena hanya sebuah suara yang terdengar begitu lama saya rindukan keberadaannya malam itu.
Ini bukan cinta, tentu saja. Ini melebihinya. Saya bernyanyi bersama dengannya, setelah memflashback lagu Ran, "Ku rasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama..." lagu jadul yang sering kami dendangkan sembari berjalan pulang dulu, dan kami pun tergelak. Dia menjelekkan Esa Sigit, artis cilik dulu yang begitu saya gilai. Sementara saya membuat hal-hal  menjijikan yang menyangkut pautkan tentang "Justin Bieber" nya.

Maka dari itu, saya menyatakan untuk jatuh cinta kembali. Bukan dengan laki-laki, atau dengan cerita cinta yang sepertinya kedengaran klasik. Tentu, kali ini saya akan jatuh cinta kembali dengan orang-orang yang mencintai saya, yang dengan kerendahan hatinya mau menerima lebih-bahkan buruknya saya. Ada satu hal yang membuat saya merasa disayangi dari kata-katanya malam itu. "Kalau kamu mau jadi bintang, kamu harus berani redup nek. Gak perduli seberapa banyak orang gak tahu kalau kamu lagi berjuang untuk bersinar. Jadi, berjuanglah. Katanya bintang itu benda-benda masa lalu loh, makanya disebut kenangan. Aku harap kamu yang membawa kenangan baiknya yah. Aku sayang nenek."

Untuk perempuan yang berjanji untuk bertemu kembali
Nisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar