Pagi ini matahari tidak muncul seperti biasanya, awan yang
seharusnya sudah berubah warna menjadi biru cerah tiba-tiba saja tersulap
menjadi abu-abu. Tetes hujan semakin turun dengan lebat, saya yang belum
mengenakan jaket hujan segera menepi di salah satu ruko yang masih belum membuka
gerainya. Petir menggelegar entah keberapa kali, saya mendengus pelan dan
dengan berat hati mengirim pesan kepada teman saya untuk menitip absen
kali-kali datang terlambat. Jam yang melingkari pergelangan tangan saya
menunjukan pukul delapan pagi, saya sudah memastikan jikapun jaket hujan
tersebut membungkus tubuh kurus kering saya ini, hujan akan tetap membasahi
saya.
Saya menunggu hujan untuk kembali reda, jalanan sepi dan
ruko tempat saya meneduh mulai padat, dipenuhi dengan orang-orang yang
menghindari dirinya dari kebasahan. Ini bukan saya. Tentu saja. Saya bukan
perempuan yang malas berangkat kesekolah, yang suka terlambat dan pulang dengan
cepat. Tapi kenyataan yang terjadi saat ini justru berbanding 360 derajat dari
saya yang dulu. Bahkan ibu sempat marah dan kecewa karena perubahan diri saya
seperti sekarang ini, tapi mungkin saat ini dia mulai mengerti mengapa saya bersikap
demikian saat ini.
Saya mengingat pertemuan-pertemuan menyenangkan saya dengan
anak-anak, hal tersebut yang membuat saya mengatakan bahwa semua masih menjadi
baik-baik saja. Meski kadang saya suka jengkel sendiri setiap kali melihat jam
menunjukan pukul setengah empat tapi dosen masih saja sibuk mengajar dikelas. Betapa
tidak menyenangkannya hidup saya kali ini. Saya mencintai pekerjaan saya
menjadi seorang guru tk, tentu saja, itu cita-cita saya dari dulu. Tapi kalau
boleh jujur, saya ingin kembali kemasa dimana saya dikenal sebagai Annisha anak
organisasi. Entah mengapa saya sudah lama tidak merasakan bakti sosial dan
menggalang dana dijalan. Dulu, saya fikir kuliah akan jadi lebih menyenangkan
ketimbang masa SMK. Tapi nyatanya saya membenci kenyataan ini. Kenyataan dimana
saya tidak bisa berorasi dijalan, kenyataan dimana saya tidak mampu membagikan
mawar, mendaki gunung, mengajar beberapa hari di pedalaman dan masih banyak
kegiatan yang baru saja kemarin saya impikan- yang nyatanya tidak menjadi
fakta.
Kali ini hujan mulai reda, saya menstater motor saya dan
melajukannya dengan cepat. Seperti yang sudah-sudah. Sepertinya saya memang
mengendarai motor dengan cepat, karena jarak dari kampus dengan rumah saya
sering kali saya tempuh dalam waktu 30 menit, bahkan kali itu saya hanya butuh
waktu 20 menit untuk sampai kerumah. Itu bukan kehendak saya, tentu saja. Waktu
memburu saya, bayangkan saja dalam beberapa hari saya pulang pukul 15:40
sementara saya harus mengajar pukul 16:00. Saya membuang nafas keras-keras kali
ini. Harap saya, semoga semua memang benar masih baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar