Aku fikir kamu berbeda dari yang lainnya. Namun, waktu yang lama
sepertinya menggerus habis cintamu. Menutup ruang yang seharusnya ku
singgahi.
Katamu, aku harus percaya bahwa tak akan ada lagi air mata jika aku
menggandeng erat jemarimu. Mengisi celah-celah kecilnya, mencengkeram
erat bertautan.
Dan ku kira, candamu dulu masih sama. Menebar gelak tawa, meyakinkan bahwa tak ada lagi luka yang parah, meski terlihat berdarah setiap harinya.
Namun, nyatanya? Kamu pasti akan meninggalkanku, ketika aku
mencintaimu dan mulai takut, untuk kehilanganmu. Karma? Kau bilang
karma? Adilkah jika perasaan tulus seseorang dibalas dengan dendam dan
kemunafikan hati yang katanya setiap waktu tersakiti?
Harusnya aku berhenti sebelum benar-benar jatuh. Harusnya, aku tak
habiskan air mata pada orang yang tak mencintai sedalam aku
mencintainya. Harusnya aku tak berdoa, kepada yang telah pergi
meninggalkan. Sudah ku ulang-ulang berkali-kali keseharusan, tapi
nyatanya cinta tetap saja teguh berkata bahwa tak salah jalan.
Ada keyakinan, bahwa kamu adalah tempat terakhirku meletakkan
kecemasan. Kamu yang menerima apa adanya aku, lebih bahkan banyak
kurangnya diriku. Tapi kenyataannya memang tak begitu, kamu hanyalah
sebuah persimpangan. Tempat aku, memilih jalan. Bukan akhir dari tujuan,
bukan tempat berbagi dan menabur kebahagiaan.
Memang ya, dulu aku adalah gadis bodoh yang berjuang mati-matian
untuk mendapatkan ketulusan. Berusaha sekuat mungkin, membuka pintu pada
hati yang jelas terkunci. Padahal, kamu yang begitu mendambakanku
selalu ada disetiap aku melangkahkan kaki. Entah langkah itu adalah
langkah yang membahagiakan ataupun menyakitkanmu. Kamu tetap, ada
disampingku, untuk menyadarkan ku, bahwa aku tak pernah sendiri dalam
kesakitan.
Kini, aku telah berbeda. Aku tak lagi sama. Aku bukan wanita bodoh
yang percaya meski tahu dia berdusta. Yang memberinya kesempatan, meski
sadar akan terulang untuk beribu-ribu kalinya.
Dan lagi, kamu sudah temukan sosok yang baru. Yang dengan
kepercayaanmu, kamu akan berdiri tegak menolakku mentah-mentah. Jadi,
siapalah aku ini? Hanya sosok yang harus berusaha lebih kuat lagi untuk
tak meletakkan hati pada tempat yang salah.
Maka, aku akan pergi. Aku berjanji. Dan berbahagialah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar