Jumat, 11 Februari 2005
Diantara tumpukan buku Sir Arthur
Conan Doyle,
Hai Jo? Ku harap kau baik-baik saja,
sama sepertiku yang berada di kota Bunga ini. Kau tahu akhir-akhir ini rambut
panjangku mulai rontok kembali, aku harus menghafal tabel energi ikatan
rata-rata itu sebelum awal semester ke dua ku di kampus ini. Sedikit bercerita
ya, aku tak suka dengan parfum dosen Fisika ku itu, wanginya seperti kembang
kuburan yang sering kali di pake Bu Halya untuk membuat wangi-wangian air
mawar.
Oh ya, kemarin aku bertemu laki-laki
yang sama sepertimu, bukan soal wajah atau logat , Batakmu itu ya. Pasalnya dia
itu selalu mendengar lagu There is a Light That Never Goes Outnya The
Smiths, Should I Stay or Should I Go, dan Dear God punya XTC,
nah-nah mirip kan kaya kamu? Tapi ku dengar dia juga jago loh dalam menghafal
nama-nama negara, dia bahkan tahu macam Liechstein di Eropa Tengah yang
berbatasan dengan Swiss! Keren ya?!
Aku sesekali terlibat percakapan
dengannya soal Sherlock Holmes kala itu Jo, kami membahas kasus Drebber yang
ditemukan setelah kematian Stangerson. Bab 7 Jo, judulnya Cahaya dalam
Kegelapan kalo kamu lupa! Ah rasanya aku ingin berterimakasih kepadamu yang
mengenalkan aku dengan sosiopat itu. Dia bahkan tahu A Walk to Remembernya
Nicholas Sparks. Laki-laki itu memang seperti cerminmu!
Oh ya sedikit penjabaran, dia
laki-laki berkaca mata, tingginya hanya berbeda sekitar lima sampai enam senti
denganku. Matanya sipit dan alisnya berwarna hitam tebal, cukup tampan lah, dan
juga otaknya gak melopong kosong macam Rey si kapten basket sekolah kita dulu.
Ku dengar lagi dia masuk jurusan per-fisikaan ini karena ayahnya. Gak Jo, aku masih
gak tertarik dengan kehidupan orang lain! Tapi dari sekian ratus mahasiswa,
apalah daya kalau dia satu-satunya manusia yang paham soal mini manual coffee
mill wood stand bowl antique hand coffee bean grinder yang kepingin berat ku
beli.
Byetheway, HELL mu dapat berapa? A, B atau malah E? Meeh, awas saja kalau
kau menyia-nyiakan kesempatan di Sastra Inggris sana. Ku hajar kau sampai babak
belur! Soal paragraph writing kemarin, aku sedikit belajar banyak lewat
internet, dan Mas Robin membantuku untuk memahaminya. Rasanya memang susah ya,
membagi otak dan meluangkan waktu diantara rumus senyawa H₂CO₃(đđ) dengan Understanding Loner
Talks.
****
Selasa, 10 Mei 2005
Didalam laci meja kerja berpelitur
cokelat tua,
Kemarin Bunda membelikanku mousse,
iya, kue lembut yang hanya terbuat dari krim, gula, cokelat dan telur kocok
itu. Sama sekali gak mirip kaya muntahan bayi, wong rasanya lembut gitu
kok! Mamih Ela, pemilik kosku itu tukang kue, dia suka buat pai rasa buah yang
asam manis, terus kami para mahasiswa yang cuman ngantungi uang ratusan ribu
buat sebulan sesekali itu sering ketiban fruit tartletnya.
Kemarin ulang tahun ku Jo, sedikit pamer ya, selain mousse Bunda
membelikan aku tiramisu di Bread Talk. Aku gak kangen kamu kok! Aku cuman mau
bilang kapan paket kadoku sampe kemari? Kamu gak kena amnesia retrogads
kan?
Eh iya, minggu lalu aku diajak ke
café yang temanya tuh macem pop movement gitu deh sama beberapa teman
kelompokku. Dinamis, out of the box, pokoknya mendobrak batas-batasan
seni lah. Dinding-dinding berbatanya itu manfaatin hiasa simbol-simbol dari TV,
iklan dan Koran. Sekarang ini, café kan memang dijadikan sebagai semacam public
space area untuk ajang bersosialisasi, ya wajar dong perempuan nerd
ini sedikit ikut arus globalisasi? Iya Jo, aku memang gak begitu suka sama café
hingar bingar macam itu. Aku kan kuno, tua, antik, klasik, jadi lebih tepat
nongkrong di Vintage café! Puas kamu?
Ah iya, aku belum cerita ya soal
puisi Shakespears yang judulnya A Fairy Song itu ya?
Over hill, over
dale
Thorough bush,
thorough brier
Over park, over
pale
Lalala, lilili, lululu aku cuman
hafal segitu. Aku gak paham Jo, sumpah deh! Padahal aku berkali-kali baca,
bahkan sampe ngebrowsing! Daripada ngomongin puisi-puisi jadul itu, aku
lebih tertarik sama Shirley Ardell Mason.
Jo, kalau misalnya aku punya 16
kepribadian. Siapa yang bakal kamu pilih untuk menjadi sahabat terbaikmu?
****
Minggu, 2 Juli 2006
Diatas kumpulan CD Nirvana,
What’s your
scariest nightmare?
Waktu aku baca Creppypasta sambil
makan salad buatan Bunda sambil sesekali ngelirik jengah sama film SAW yang
lagi tayang dilaptop. Ewh!
Aku mau ngambil geophysics,
tapi peminatan itu terlalu sumpek! Wajar aja sih ya, soalnya lulusan sana bakal
masuk ke pertambangan atau perminyakan macam chevron, shell, pertamina, antam
yang gajinya yahuud! Pingin deh Jo masuk exxon mobil yang sembilan
sampai belasan juta tu, iya iya aku ketawa matre!
Denger ya, aku itu pontang-panting
loh biar tetep kuat di fisika murni, gimana ceritanya kalo aku masuk teknik
fisika? Tubuhku ini bisa-bisa jadi kaya brook deh. Niat awal ku sih
memang mau masuk fisika medis, tapi gak tahu deh kenapa mendadak pingin ganti.
Ya memang kan sesuatu yang konstan dalam dunia ini adalah perubahan?
Aku gak ngurus soal nuklir,
partikel, gelombang melulu kok Jo. Fisika kan bukan melulu soal itu, dan please
deh ya berhentilah bilang aku cewek pintar!
Kemarin Mas Gema memburu High boson,
entah deh dapat atau enggak, tapi semoga aja kegilaannya itu bisa mereda.
Eh iya kemarin aku ikut seminar
“Ayat-ayat Semesta” di FMIPA-UI itu loh, yang pembawanya Pak Terry Mart, dari
yang aku ingat cuman soal ketiga ilmuwan yang menelurkan teori model standard,
bahwa dari ketiganya malah semakin menguatkan apa yang mereka jadikan pegangan
selama ini. Yang Islam, Abdus Salam semakin Islam yang Yahudi, salah satu dari
dua-Gashlow or Weinberg semakin Yahudi.
Jadi Jo, “sufisika” itu bisa
dibilang hidayah (hadiah) bukan?
****
Kamis, 28 Desember 2007
Menggantung di dinding bercat Biru
Tosca,
Als lk eens
Nederlander Was, ditulis Pak
Suwardi Suryaningrat sebagai bentuk protes terhadap rencana peringatan 100 tahu
kemerdekaan Belanda dari Prancis, karena dananya diambil dari rakyat Indonesia.
Ya, artikel yang sempat menjadi ujung topik kita dulu ku tempel di antara deret
rumus-rumus fisika kuantum, dan potongan mozaik tulisan-tulisan konyol milikku.
Jo, kemarin An pergi ke sabana! Dia bercerita betapa indahnya pepohonan perdu
itu mengelilingi padang rumput di Nusa Tenggara sana, dan rasanya baru saja
kemarin kita mengucap janji akan pergi bersama kesana bila kau pulang nanti ya?
Hutan tropis di Sumatra masih menunggu asal kau boleh tahu, dan aku memimpikan
saat-saat kakiku menjejaknya.
What’s the
dumbest thing you’ve ever done?
Saat-saat dimana aku memilih untuk
menjadi perempuan lemah dan kembali mengobrak-abrik benda kenangan kita dulu
semasa putih abu-abu.
Akhir-akhir ini aku berubah menjadi
perempuan cengeng, buku Blind Eye milik James B.Stewart sama sekali gak membuat
mimpi hororku datang. Kemarin, Ayah membeli mesin kopi baru Jo, dia membuat
kopi Melya setiap pagi. Katanya, madu bagus untuk kulit, padahal, yang namanya
kopi kan tetap saja ber-cafein! Dasar, pak tua berjanggut.
Dulu, waktu saat aku tanya apa kamu
pecandu kopi, kamu bilang matamu itu gak akan melotot kalo gak minum kopi hitam
sejenis kapal api atau nescafe. Ya, sesekali kamu memang ngajak aku buat nyoba
minum Starbucks, itu juga kalo lagi ada promo buy one get 1 kan? Aku masih
setia minum Caramel Frappucino kok, meski Green Tea Latte ukuran tall sesekali
aku coba. Jo, Kak Kahfi baru buat kafe di Bandung, dari yang aku lihat di
instagramnya, dia ngambil vintage western. Ada kursi berkaki tinggi khas kedai
Italia, mengekspos kayu dan bagian bawah tangganya dimanfaatin sebagai tempat
penyimpanan stok peralatan kebersihan dan loker karyawan. Disana lampu-lampunya
dibuat bergelantungan, sofa beludru, bar mini tempat barista meracik kopi dan
minuman membuat aku betah berlama-lama melihatnya. Kamu benar Jo, aku
menghabiskan waktu satu jam untuk meng scroll akunnya itu, dan tolong cepatlah
pulang! Aku benar-benar penasaran dengan café Canopus143 itu!
Sekarang lihat kan Jo? Betapa perempuan ini
semakin terlihat cengeng karena lelaki impiannya makin menjelma menjadi
malaikat yang tak kentara?
****
Jumat, 10 Agustus 2009
Tepat diatas kotak Jam Tangan
Aigner,
Virus→Molekul→Atom→Inti→Proton→Quark→?
Pada tahu 1997 para fisikawan masih
berusaha memahami bagaimana quark-quark itu berinteraksi membentuk materi.
Begitu juga dengan ku Jo, aku masih berusaha memahamimu bagaimana
kenangan-kenangan kita mampu membentuk kegalauanku yang berkepanjangan ini.
Waktu aku berusaha keras untuk bisa
ikut IPhO dulu, aku setengah mati belajar buku-buku tebal itu kau tahu? Bunda
bahkan harus membelikanku Jas Lab lagi karena warnanya sudah gak karuan. Aku
sempat ingin masuk ke teknik fisika, termodinamika dan teori kinetik gas nyaris
membuatku menggila. Maafkan aku yang cantik ini ya, aku sudah berusaha
semampuku untuk gak lagi ngomongin Fisika denganmu, tapi nyatanya susah.
Aku kepingin ngelanjutin S2 ku di
Virginia, iya Jo di College of William and Mary in Virginia, wohoo Amerika
Serikat!
Seandainya aku ngambil Fisika
Nuklir, lalu dianugerahi CEBAF atau SURA award sebagai satu pelajar terbaik meh
pasti kau akan kuberi jari jempol kebawah nanti. Tapi coba tebak Jo, peminatan
apa yang saat ini ku ambil?
Dahulu orang-orang gak mengerti apa
hubungan antara medan listrik dan medan magnet. Tetapi dengan ditemukannya
teori electromagnet oleh Maxwell dkk, orang mengerti bahwa kedua medan itu pada
hakekatnya satu. Iya iya Jo, aku gak mau lagi ngegombal soal kamu dan aku yang
pada nyatanya ditakdirkan jadi satu kok! Sena, laki-laki itu sering ngegombalin
aku. Setelah lama ku kenal dia beberapa kali dia mampu menjelma sosok yang
menyenangkan sepertimu Jo. Kau tahu, pada akhirnta theory of everything
diharapkan memahami misteri dialam semesta ini. Aku masih tinggal di Indonesia,
yang kaya akan agama dan memegang teguhnya, tapi sesekali aku tahu bahwa
teman-teman kampusku ada yang atheis dan rasanya mampu membuatku melotot tajam.
I’m moeslem, Jo. Dan akan seterusnya
seperti itu.
****
Sabtu, 24 Februari 2011
Diantara lipatan baju dan jaket
rajut,
Minggu lalu aku menyetel ulang film
Harry Potter and the Deathly Hallows part pertama. Kamu tahu kan Jo, selain
cahaya lumos, patronus, atau betapa kerennya desai Hogwarts aku hanya ingat Ron
dan Harmonie. Untuk soal mantra obliviate yang seandainya-saja benar benar ada,
mungkin aku harus memantrai diriku sendiri untuk soal-soal gak penting yang
kebetulan aja selalu ku bawa kemanapun aku pergi.
Homine Lavina.
Waktu aku keruang kelas kita kemarin saat
liburan membawaku pulang, entah kenapa mantra itu yang justru aku ingat. Ya Jo,
aku berharap kau bersembunyi diantara balik bangku seperti dulu. Rasanya aku
malah membuat proses adiabatik untuk diriku sendiri ya? Meeh, mana bisa memang
aku disamakan dengan gas. Tuh kan Jo, aku semakin konyol.
Ya Jo, aku tahu. Kau kan cuman tahu
amplitude, perioda, keseimbangan benda tegar atau gaya newton mana paham kalo
disuratku ini aku menjabarkan macam teori mekanika kuantum, teori relavistik
Einstein meski pada nyatanya kita pernah sama-sama belajar waktu kelas tiga.
Aku tahu bahwa Fisika Klasik itu
terlalu ketinggalan, dan Fisika Modern sudah jelas mengembangkan dan melengkapi
fenomena-fenomena yang gak diterangkan di Fisika Klasik. Percis kaya aku dan
kamu kan? aku itu kuno dan gak banget, tapi tetap saja aku terlahir lebih dulu
untuk kamu lalu kamu diciptakan untuk melengkapi aku. Jangan ketawa Jo, ini gak
lucu sama sekali. Aku benar-benar merindukan kamu, dan saking rindunya ada
banyak bagian yang konslet didiriku.
Physics is beauty, Jo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar