Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Kamis, 18 Februari 2016

Apa Ini? Ini Apa?

Oh Tuhan, sudah berapa lama saya gak lagi menulis kata kata menyakitkan? Sebulan? Dua bulan? Tiga bulan? Atau malah setahun? Memang agak sedikit sulit untuk buat cerita patah hati disaat "gak" patah hati. Dan kalau boleh jujur, saat ini jika ada orang yang bertanya "Bagaimana masalah percintaanmu?" Tentu saja saya akan menjawab dengan penuh semangat dan senyum lebar "Semua baik-baik saja. Saya bahagia."


Dulu. Iya, jamannya saya nangis kejer waktu hujan hujan itu loh saya sempet berfikir 'Gue lebay banget gila!' Tapi memang hati bisa memporak porandakan logika, jadi saya cuman cengar cengir aja kalo inget hal konyol kaya gitu.
Setiap orang punya cara masing-masing untuk mengobati patah hatinya. Entah dengan cara bercerita ke semua sahabat, lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah atau melakukan hobi semacam membaca, bermain alat musik, menggambar atau bermain game online. Semua wajar wajar saja dan tentu gak masalah selama hal tersebut bisa mengalihkan dan membuat kita akhirnya sadar bahwa patah hati bukan hal yang begitu besar dalam hidup.

Pesan saya untuk mas atau mba yang lagi patah hati gak banyak kok. Sesuatu yang hilang pasti akan diganti, percaya saja sama Tuhan dan lakukanlah hal-hal baik. Mungkin awalnya sih semua akan terasa begitu menyakitkan, ada proses dimana kita membanding-bandingkan dengan pasangan barunya, menjelekkan diri sendiri, lalu ada tahap dimana akhirnya ketika orang datang menawarkan diri untuk membantu mengobati luka kita justru berfikir bahwa dia gak lebih hebat dibanding yang sudah memberi luka. Gak masalah kok, klasik. Itu memang sudah harafiahnya begitu.

Maka hal yang harus dilakukan untuk move on pertama kali bagi saya adalah memaafkan diri saya sendiri, lalu lebih menghargai diri saya. Karena jika gak memulai dari diri sendiri semua akan lebih terasa sulit. Jadi saran saya ya satu, hargai dan maafkanlah diri kamu terlebjh dahulu. Lalu setelahnya ikhlaskan apapun yang sudah terjadi, anggap saja Tuhan masih merancang orang yang lebih tajir, ganteng, sholeh, dan baik untuk kita dibanding dirinya. Lalu setelah itu pasrah, perbaiki diri-berdoa dan lakukan hal hal yang bermanfaat. Take action!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar