Desember kali ini masih sama seperti Desember tahun lalu,
hujan mendominasinya A. Bau tanah dan rerumputan basah dipekarangan rumah
sering kali membuat udara di luar semakin mendingin, hujan memang selalu identik
dengan kesedihan ya A?
Desember lalu masih ingatkah kamu, saat kamu
terpogoh-pogoh datang ke salah satu toko baju karena ingat seminggu lagi dia
berulang tahun. Dengan semangat yang membara, kamu menyeret teman perempuanmu
untuk mau mengantarmu memilih kado dan memesan kue tart. Kamu saat itu masih bersinar,
masih berpijar, masih menjadi perempuan manis yang mempercayai bahwa semua hubungan
akan berakhir dengan bahagia.
Sore itu hujan memang sedang lebat ya A? tapi kamu yang
keras kepala tetap ingin berkumpul bersama teman-temanmu, tak perduli meski
harus sendiri mengendarai sepeda motor dan menempuh jalan yang lumayan jauh.
Berharap kali-kali dia akan datang dan waktu mempertemukanmu dengannnya. Kamu
merindu dan mencandunya, sama seperti kamu menggilai soufflé coklat disaat
hujan turun. Tapi gengsi perempuan setinggi langit, mana bisa kamu berterus
terang meminta dia datang dan mengatakan betapa ketiadaannya menyiksamu?
Ingat lagi waktu teman-temanmu mengatakan dia sudah
memiliki kekasih? Kamu yang masih naif dan sombong itu berfikir bahwa mereka
sedang mengerjaimu, kamu tak percaya alih-alih jusru kamu berkata dalam
hati ‘Mana mungkin, dia kan menyukaiku bertahun-tahun.’ Tapi minggu
kelabu di sekolah menyadarkan kamu, bahwa dia memang benar-benar sudah memiliki
kekasih. Teman-temanmu mengatakan dengan wajah serius dan logat yang tak
lagi bercanda. Dan kali itu kamu tahu, bahwa dia yang tergenggam ditanganmu
ternyata sudah terlepas tanpa kamu sadari.
A, kamu saat itu tertawa setelah mereka semua
memperlihatkan gambar seorang perempuan disalah satu ponsel milik mereka. ‘Gakpapa,
aku gakpapa.’ Tapi tangismu pecah disana, air matamu luruh satu
persatu. Meski berkali-kali kamu merutuk dalam hati. Mereka mencoba memelukmu
dan menenangkanmu, mencoba untuk menyadarkanmu dengan cara terlembutnya, tapi
kamu menepis mereka dengan sekuat mungkin. Hingga kamu tak lagi mampu menampung
tangis pecahmu, kamu berlari dan pamit dengan segera. Aku ingat sore itu A, di
pelataran parkir, dengan air mata yang meleleh, dengan tatapan-tatapan orang
tak mengerti, kamu berubah menjadi sosok yang lemah karena cinta untuk pertama
kali.
Hujan sore itu lebat kan A, tapi kamu tak ingin memakai
mantel hujanmu. Biarlah tangismu mampu terguyur dan teredam bersama dinginnya
hujan yang mampu membuatmu menggigil. Di sore sialan itu, kamu melihatnya, kamu
dengan jelas menatapnya dengan tanpa sadar- tapi dia tidak melihatmu, bahkan
menyadari kehadiranmu yang begitu tipis pun tidak. Sama seperti hatimu yang
masih menyebut namanya, tapi dia tak lagi ingat apakah kamu pernah berada
di dalamnya. Aku tahu tangismu semakin kencang A, aku tahu kamu bahkan tak lagi
sanggup berbicara. Mungkin memang benar, kamu merindunya, kamu menginginkan
keberadaannya, kamu ingin dipertemukan olehnya. Tapi tidak dengan keadaan
seperti ini, keadaan dimana dia tak lagi milikmu, keadaan dimana dia telah
terlepas dari genggamanmu.
Dengarkan aku untuk kali ini saja A. Hidupmu akan terus
berjalan, laki-laki itu tak akan pernah kembali lagi di sisimu sekalipun kamu
meronta dan meminta. Mungkin, awalnya semua terasa menyakitkan. Kamu akan
menyalahkan dirimu, menghina dan merendahkan dirimu, juga membanding-bandingkan
apa yang kamu punya dengan perempuan yang berada di sisinya. Dan setelah itu,
akan ada beberapa orang yang mau dengan kerendahan hatinya membantumu untuk
menyembuhkan luka. Kamu pasti akan membuat perbandingan, entah dia tak lebih
lucu darinya, bodoh soal pelajaran, tidak suka bercerita atau terlalu egois.
A, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Jadi
berhentilah untuk menjadikan dia penentu kriteria pendampingmu, cukuplah
membuatnya seolah-olah dialah tersempurna. Jangan lagi kamu menekankan diri
bahwa hanya dia satu-satunya pria setia yang mau menerimamu dulu.
Dengarkan ini A, jika memang dia setia mengapa dia pergi
meninggalkanmu? Jika dia mau bersamamu, mengapa dia sekarang lebih
memilih bersama orang lain di banding hidup bersamamu? Cinta harusnya tak
sesakit ini. Cinta bukan barang sekedar menerka-nerka, berdoa lalu bahagia A.
Percayalah, bahwa suatu hari nanti kelak akan ada laki-laki
yang dengan gagah dan berwibawa mengatakan bahwa dia mampu hidup setia
bersamamu. Meski mungkin dia tak setampannya, meski mungkin pula dia tak selucu
dan tak semenarik dibanding dirinya, tapi percayalah bahwa kamu akan lebih
bahagia jika bersamanya. Jadi kumohon, berhentilah untuk menatap keluar jendela
dengan sedih. Berjanjilah bahwa kelak kamu akan menantangnya bahwa tawa siapa
yang nanti lebih terlihat bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar