Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Sabtu, 31 Oktober 2015

True or False?

Bagaimana kabarmu?
Masihkah memimpikan orang yang tidak pernah mengingatmu?
Masihkah kamu menderita diatas kebahagiaannya dengan orang "berarti" disisinya?

Sebut saja itu cinta, jika kamu masih dengan bodoh merapal namanya. Lalu mengatakan "Tak mengapa, asal dia bahagia." Tapi bukankah cinta selalu menuntut memiliki? Bukankah merelakan tidak pernah sepaket dengan kebahagiaan? Lalu mengapa dengan angkuhnya kamu mengatakan hal bodoh seperti itu?

Bagaimana dengan jalanmu?
Masihkah kamu mengharapkan bahwa kelak dia akan mengatakan "maaf." Lalu dengan lembut dia akan meminta kamu untuk tetap mencintainya. Cih!

Jalanmu bukan dengannya!
Jika membenci adalah cara terbaik untuk tak mengemis kasih sayangnya. Maka, belajarlah untuk membencinya. Belajar lah untuk menerima bahwa kamu sudah cukup untuk berjuang.

Tatap dia yang berbeda di belakangmu.
Bayang sosok tersebut memang tak setampan dia. Tentu saja.
Dia tidak lebih sempurna darinya.
Tapi dia yang berada di belakangmu. Yang sampai kapanpun rela menunggu kamu berhenti menangis lebih baik daripadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar