Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Jumat, 30 Oktober 2015

Dari Saya. Untuk Kamu.

Waktu melihat kamu. Saya mensyukurinya. Terimakasih untuk tetap ada.

Semasa TK. Pertama kali saya mengingat tentang rumah sakit adalah ketika ibu dan bapak tergesa-gesa membawa saya kesana. Saya sempat merasa takut akan jarum suntik, tapi setelah itu semua membaik. Tidak sesakit yang saya kira. Dulu, ketika masih SD beberapa teman di kelas menjerit bahkan ada yang kabur ke kamar mandi karena suntik vaksin campak dan imunisasi rutin. Saya yang sering terkena jarum hanya menunggu giliran dengan tenang.

Entah sejak kapan, setiap hari jum'at saya harus membolos pelajaran karena jadwal rutin ke dokter. Istilah yang dipakai itu chek up kalo gak salah. Dari dulu ibu selalu melarang untuk meminum es dan tidak mengizinkan saya berenang. Saya berbeda. Ibu mengatakan itu.
Teman bilang penyakit itu ada karena sugesti. Penyakit itu ada karena tidak di lawan. Jadi saya memutuskan untuk melawannya. Tapi setiap kali melawan saya selalu menyerah sebelum menang. 

Dan ternyata ibu benar, saya berbeda.

Ketika saya melihat kamu tersenyum dan mengatakan. Ayo kerumah sakit, aku antar! Rasanya saya ingin menangis kencang. Terimakasih untuk menerima apa adanya saya. Terimakasih untuk tetap mencintai saya.

Saya meminta yang hebat. Tapi Tuhan memberikan kamu yang biasa. Tapi lagi, sepertinya saya salah kira. Kamu sempurna. Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih untuk waktunya.

Ketika saya merasa tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari gadis tolol seperti saya. Kamu hanya menggeleng lalu mengatakan bahwa saya salah satu keindahan yang Tuhan ciptakan. Saya merasa kamu unik, kamu mengalahkan sesuatu yang saya yakini sebagai suatu kata putus asa. Saya menyayangi kamu. Lebih dari yang kamu kira. Terimakasih tetap melangkah bersama.

Saya berkali-kali gagal masuk sekolah. Tidak lolos-tidak diterima. Hingga harus membuat ibu dan bapak kewalahan. Tentu saja, saya tidak pintar juga tidak begitu rajin. Saya menyukai hal-hal sepele seperti berjam-jam membaca tumpukan novel atau menonton anime serba rupa yang sering saya download. Tidak ada yang membuat saya merasa lebih- selain kamu. Terimakasih telah membuat saya merasa berguna. Terimakasih untuk kebahagiaannya.

Jadi, kali ini. Kali yang saya yakini dengan semoga berkali-kali. Kelak kamu akan mengerti. Saya tak punya lagi mimpi jika tidak denganmu. Maka, tetaplah ada di sisi saya. Tetaplah bersama saya. Tetaplah mencintai saya dengan semestinya. Karena saya ingin terus seperti ini- selamanya. Dicintai kamu membuat saya lebih mengerti. Bahwa hidup tidak seburuk yang saya fikir.

Dari saya,
Perempuan yang sering kali kamu panggil "niz"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar