Ini pertama kalinya saya merasakan sesak yang amat menjadi. Pertama
kalinya dalam hidup, tidak ada perasaan rindu yang menghiasi hari. Saya memang
penggalau yang hebat. Seolah-olah saya sedang terluka, lalu esok hari kembali
jatuh cinta. Meski pada nyatanya, yang ada hanya sebuah kehampaan. Tidak ada
senyum-senyum malu yang terselip ketika saya membaca sederet pesan seseorang
disana, tidak ada panggilan masuk yang mampu membuat saya sulit kali terlelap
tidur, juga tidak ada hal yang membuat saya memiliki angan-angan untuk kelak
bertemu tatap dengan sosok yang sering kali saya jumpai didalam mimpi.
Mungkin, saya memang sudah asik sendiri. Mungkin juga, hati
saya telah lelah setelah patah. Saya tidak menyangkal kebahagiaan yang telah datang
sia-sia seperti ini. Terakhir kali mencintai, saya justru malah ditinggal
pergi. Terakhir kali berjuang, saya justru tak menemukan sedikit ruang. Ruang yang
mampu saya tempati. Ruang yang mampu ditinggali sendiri. Meski sempat berkali-kali
berfikir, begitu burukkah saya? Sampai tidak ada seorang pun yang mau berjuang
bersama-sama dengan saya, yang dengan kerendahannya mau berhenti menunggu
ketika saya lelah berlari. Tapi, mana mungkin. Saya ini ciptaan Tuhan. Dia sudah
membuat saya menjadi perempuan anggun yang tak pernah kenal pupus semangat.
Di balik doa dan rinai hujan yang terasa begitu menyejukkan.
Saya menemukan kenyamanan disana. Ada ketenangan yang dibawa harum tanah, dan
senyum merekah yang di beri oleh sosok pelangi dan matahari malu-malu. Saya sudah
mampu menantang awan abu-abu disana. Seolah-seolah mereka seperti menertawakan
saya yang berteman dengan sepi. Tapi bukan seperti itu maksudnya. Saya memang
sendiri. Tapi bukan berarti sepi. Ada banyak daftar nama yang ingin melihat
senyum saya di tiap pagi.
Mereka yang mengajarkan saya bahwa masa lalu tak
selamanya harus dipungkiri. Mereka yang membuat saya berharap bahwa kali-kali
semua akan baik saja. Saya cintai. Saya sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar