Merelakan tidak pernah sepaket dengan mengikhlaskan. Kuatlah.

Selasa, 08 September 2015

It's Okay.

Setelah patah kamu mungkin gak tahu lagi bagaimana caranya menulis kata-kata bahagia. Merancang masa depan, dan memupuk cita-cita dengan tinggi.

Mungkin awalnya kamu akan mengaku  "Aku lebih baik sendiri." Dan mungkin, mulanya kamu akan mengatakan- "Aku gapapah. Aku it's okay meski tanpa dia." Setelah itu masih dengan mungkin, kamu juga menegaskan bahwa gak akan pernah ada lagi air mata untuk orang yang gak pernah mau tahu kalau setiap di tengadah tangan, di sekitar mata sepet dan sujud panjang ada nama yang sampai saat ini masih tetap menggema dan terlafal dengan sempurna.
Beberapa kali- ada percobaan dimana satu orang, dua, tiga hingga yang kesekian menggandeng erat jemarimu. Sedikit menelaah apa genggaman jemarinya sehangat dia? Apa ada mata teduhnya dibalik mata orang yang saat ini, dengan gamblang memperjelas bahwasannya dia siap untuk menjadikanmu akhir dari segala tujuan. Kamu sampai sekarang masih tetap menyangkal dengan sempurna, meski hatimu tetap saja tergores kalau-kalau ada yang meyebut namanya. Seolah-olah namanya adalah salah satu mantra ajaib, racun terkuat atau sihir terbesar dalam hidup.

"Aku udah move on."

Mendelet segala kontaknya. Memblokir dan menghapus segala yang ada di ponsel lebar mu itu gak pernah banyak membuat perubahan besar. "Aku gak perduli. Mau dia mati atau hidup. Bodo amat!"

See?
Kamu belum move on. Orang yang mengatakan gak perduli adalah orang yang bener-bener perduli. Sama aja ketika kamu bilang aku baik-baik aja. Kata sihir seperti itu hanya ditujukan untuk orang yang gak pernah baik-baik aja.

Aku harus apa sebagai orang yang melihat kepura-puraanmu? Lihat deh temen-temen yang menatapmu disaat kamu menyembunyikan tawa di balik tangis kencang itu. Mereka sama sakitnya seperti kamu. Mereka sama-sama gak mau melihat orang yang menjadi salah satu sumber kebahagiaannya terhempas begitu aja karena baru aja di terbangin lalu dihempasin ketanah.

Balon yang diterbangin keatas langit- atau segala sesuatu yang pergi keatas sana akan tetap jatuh kebumi. Bawah ada atas. Pergi ada pulang. Begitu juga dengan perkenalan, sepaket sama yang namanya per-

Berapa kali mereka- para penulis, sahabat karibmu atau mungkin orang yang hanya sebatas kamu tahu nama bilang hal itu? Berapa banyak oranf yang mengutuknya, menyumpahinya karena udah ngebuat kamu terluka?

Kamu emang pernah ngalamin hal yang lebih sakit dari ini. I know that.

Kamu sama seperti ribuan atau jutaan orang diluar sana. Sama-sama munafik. Sama-sama memakai topeng untuk menutupi betapa dia dengan hebatnya menghancurkanmu hingga ke puing-puing terkecil. Hingga ke akar-akar terkuat yang udah kamu capek tanam dari jauh hari.

Coba sedikit bercermin.

Lihat kan?
Tuhan nyiptain kamu bukan untuk disakitin.

Coba kamu bernyanyi.

Sefalse suaramu Tuhan lebih senang mendengar kamu tertawa ketimbang mendengar isak tangismu karenanya.

Coba kamu lihat mamah papahmu.

Mereka mencintai-lebih dari yang kamu tahu.

Aku yakin mereka berdua pasti akan menjadikan dia samsak tinju kalau melihat anak yang susah payah dihidupinya, disayanginya, dijaganya dan dibesarkannya berkali-kali gak bisa tidur karena terlalu sibuk menangis.

Dan terakhir.
Lihat dia dengan kebahagiaannya.

Kamu harus bersyukur- kebahagiaan dia gak mampu membuat bibirmu itu berhenti terseyum atau tertawa dan memperlihatkan deretan gigimu.

Berdoa lah sekali lagi.
Untuk kebahagiaanmu.

Kamu udah terlalu lama mengenyampingkan kebahagiaanmu.

Berjanjilah pada dirimu- satu hal.

Kamu harus tetap bersinar. Sekalipun mereka yang kamu kasihi sedikit-sedikit pergi meninggalkan.

Tetaplah seperti bintang dilangit. Bersinar. Dan menjadi penunjuk arah untuk orang-orang yang membutuhkanmu.

Note: Jangan capek! Disana jodohmu lagi sibuk nyari uang karena gak mau ngeliat kamu menderita dalam kesusahan. Tuhan cuman mau ngasih tahu kamu- bahwa cinta yang salah membuat hambaNya bersyukur karena pada akhirnya mendapatkan cinta yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar